Tuesday, October 28, 2008

Tentang Campak

Dari tabloid Nakita.

JANGAN ANGGAP ENTENG CAMPAK

Campak hanya akan menulari sekali dalam seumur hidup. Bisa terjadi
pada anak-anak yang masih kecil maupun yang sudah besar. Bila daya
tahan tubuh kuat, bisa saja anak tidak terkena campak sama sekali.

"Hati-hati, lo, sekarang musim tampek. Kemarin saja anak tetangga saya
kena. Sekarang anak saya ketularan. Di seluruh tubuhnya timbul
bercak-bercak merah dan badannya panas sekali," begitu peringatan
seorang ibu kepada teman-temannya. Apa sih yang dimaksud dengan tampek
itu? Dijawab oleh dr. Asti Praborini, SpA., yang akrab disapa Rini,
tampek tak lain adalah campak.

"Tampek merupakan bahasa Jawa namun istilah Indonesianya adalah
campak. Sedangkan orang dari Irian menyebutnya serampah. Dalam bahasa
latin disebut sebagai morbili atau rubeolla. Sementara dalam bahasa
Inggris, measles," tutur spesialis anak dari RS MH Thamrin
Internasional, Jakarta ini.

PENYEBAB CAMPAK

Penyebab penyakit campak adalah virus campak atau morbili. Pada
awalnya, gejala campak agak sulit dideteksi. Namun, secara garis besar
penyakit campak bisa dibagi menjadi 3 fase. Fase pertama disebut masa
inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase ini, anak
sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apa
pun. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum keluar.
Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip
penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam. Mata tampak
kemerah-merahan dan berair. Bila melihat sesuatu, mata akan silau
(photo phobia). Di sebelah dalam mulutmuncul bintik-bintik putih yang
akan bertahan 3-4 hari. Terkadang anak juga mengalami diare. Satu-dua
hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5
derajat Celcius.

Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan
demam tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di
seluruh tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang
kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah
dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.

Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut
makulopapuler. Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu
sekitar satu minggu. Namun, ini pun tergantung padadaya tahan tubuh
masing-masing anak. Bila daya tahan tubuhnya baik maka bercak merahnya
tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh. Umumnya jika bercak
merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak
merah pun makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi),
lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa
penyembuhan yang butuh waktu sampai 2 minggu.

CARA PENULARAN

Yang patut diwaspadai, penularan penyakit campak berlangsung sangat
cepat melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang
terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase
kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul. Sayangnya, masih
ada anggapan yang salah dalam masyarakat akan penyakit campak.
Misalnya, bila satu anggota keluarga terkena campak, maka anggota
keluarga lain sengaja ditulari agar sekalian repot. Alasannya,
bukankah campak hanya terjadi sekali seumur hidup? Jadi kalau waktu
kecil sudah pernah campak, setelah itu akan aman selamanya. Ini jelas
pendapat yang tidak benar karena penyakit bukanlah untuk ditularkan.
Apalagi dampak campak cukup berbahaya.

Anggapan lain yang patut diluruskan, yaitu bahwa bercak merah pada
campak harus keluar semua karena kalau tidak malah akan membahayakan
penderita. Yang benar, justru jumlah bercak menandakan ringan-beratnya
campak. Semakin banyak jumlahnya berarti semakin berat penyakitnya.
Dokter justru akan mengusahakan agar campak pada anak tidak menjadi
semakin parah atau bercak merahnya tidak sampai muncul di sekujur tubuh.

Selain itu, masih banyak orang tua yang memperlakukan anak campak
secara salah. Salah satunya, anak tidak dimandikan. Dikhawatirkan,
keringat yang melekat pada tubuh anak menimbulkan rasa lengket dan
gatal yang mendorongnya menggaruk kulit dengan tangan yang tidak
bersih sehingga terjadi infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah.
Sebaliknya, dengan mandi anak akan merasa nyaman.

PENGOBATAN GEJALA

Pengobatan campak dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam
yang terjadi akan ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak
mengalami diare maka diberi obat untuk mengatasi diarenya. Batuk akan
diatasi dengan mengobati batuknya. Dokter pun akan menyiapkan obat
antikejang bila anak punya bakat kejang.

Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak,
maka campak bisa berbahaya. Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa
terjadi komplikasi. Perlu diketahui, penyakit campak dikategorikan
sebagai penyakit campak ringan dan yang berat. Disebut ringan, bila
setelah 1-2 hari pengobatan, gejala-gejala yang timbul membaik.
Disebut berat bila pengobatan yang diberikan sudah tak mempan karena
mungkin sudah ada komplikasi.

Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran
darah ke jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan
kematian pada anak adalah kompilkasi radang paru-paru (broncho
pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi ini bisa terjadi
cepat selama berlangsung penyakitnya.

Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran
anak menurun, dan panasnya susah turun karena sudah terjadi infeksi
"tumpangan" yang sampai ke otak. Lain halnya, komplikasi radang
paru-paru ditandai dengan batuk berdahak, pilek, dan sesak napas.
Jadi, kematian yang ditimbulkan biasanya bukan karena penyakit campak
itu sendiri, melainkan karena komplikasi. Umumnya campak yang berat
terjadi pada anak yang kurang gizi.

PENANGANAN YANG BENAR

Inilah yang dianjurkan Rini:

* Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya
berat atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.

* Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan
penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang
belum mendapat imunisasi campak.

* Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk
meningkatkan daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna,
karena anak campak rentan terjangkit infeksi lain, seperti radang
tenggorokan, flu, atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung
sebulan setelah sembuh karena daya tahan tubuh penderita yang masih lemah.

* Lakukan pengobatan yang tepat dengan berkonsultasi pada dokter.

* Jaga kebersihan tubuh anak dengan tetap memandikannya.

* Anak perlu beristirahat yang cukup.

PENTINGNYA IMUNISASI CAMPAK

Semua penyakit yang disebabkan virus bersifat endemis. Artinya bisa
muncul kapan saja sepanjang tahun, tidak mengenal musim. Oleh karena
itu, menurut Rini, campak pada anak perlu dicegah dengan imunisasi.
Apalagi campak banyak menyerang anak usia balita. Seharusnya, vaksin
campak tak memiliki efek samping, tapi karena vaksin dibuat dari virus
yang dilemahkan, maka bisa saja satu dari sekian juta virusnya
menimbulkan efek samping. Umpamanya, setelah diimunisasi campak, anak
jadi panas atau diare.

Sebenarnya bayi mendapatkan antibodi dari ibunya melalui plasenta saat
hamil. Namun, antibodi dari ibu pada tubuh bayi itu akan semakin
menurun pada usia kesembilan bulan. Lantaran itu, pemberian imunisasi
campak dilakukan di usia tersebut. Kemudian, karena tubuh bayi di
bawah 9 bulan belum bisa membentuk kekebalan tubuh dengan baik maka
pemberian vaksinasi campak diulang di usia 15 bulan dengan imunisasi
MMR (Measles, Mumps and Rubella). Dengan vaksinasi ini diharapkan
bilapun anak terkena campak, maka dampaknya tidak sampai berat atau
fatal karena tubuh sudah memiliki antibodinya.

Hanya saja, karena saat ini terdapat kecurigaan bahwa bahan pengawet
pada vaksin MMR dapat memicu autisme, akhirnya pemberian imunisasi
campak tidak diulang. Menurut Rini, kekhawatiran itu tidak perlu ada
lagi jika anak sudah mencapai usia tiga tahun dan mengalami proses
tumbuh kembang yang normal. "Sebaiknya anak divaksinasi saja. Boleh
ditunda tapi jangan sampai ditiadakan. Sampai besar pun masih bisa
divaksinasi. Lebih baik mencegah daripada mengobati."

BEDANYA DENGAN CAMPAK JERMAN

Campak Jerman atau rubela berbeda dari campak biasa. Pada anak, campak
jerman jarang terjadi dan dampaknya tak sampai fatal. "Kalaupun ada
biasanya terjadi pada anak yang lebih besar, sekitar usia 5 sampai 14
tahun," kata Rini.

Gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk, pilek
dan demam tinggi. Namun, bercak merah yang timbul tidak akan sampai
terlalu parah dan cepat menghilang dalam waktu 3 hari. Nafsu makan
penderita juga biasanya menurun karena terjadi pembengkakan limpa.

Yang perlu dikhawatirkan jika campak jerman ini menyerang wanita hamil
karena bisa menular pada janin melalui plasenta (ari-ari). Akibatnya,
anak yang dilahirkan akan mengalami sindrom rubela kongenital. Mata
bayi akan mengalami katarak begitu lahir, ada ketulian, dan ada
pengapuran di otak, sehingga anak bisa mengalami keterbelakangan
perkembangan.

Jadi, setiap anak perempuan sebaiknya mendapat vaksinasi rubela untuk
melindungi janinnya bila ia hamil kelak. Pada anak perempuan kekebalan
ini nantinya akan diturunkan kepada bayinya hingga berusia 9 bulan.
Rini pun memandang perlunya vaksinasi rubela pada pria, karena campak
jerman yang mungkin menjangkitinya bisa menulari sang istri yang
tengah hamil.

0 comments: