Tuesday, November 27, 2007

Mengenal Cairan Ketuban

oleh Evi Eryani

Cairan Ketuban
Cairan ketuban yang mengelilingi janin yang sedang berkembang di dalam rahim memegang peranan penting dalam pertumbuhan normal janin. Cairan bening ini menyelimuti dan melindungi bayi sekaligus sebagai persediaan cairan bagi bayi. Pada masa kehamilan trimester kedua, bayi telah dapat mengisap cairan tersebut dan menelannya ke dalam paru-parunya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal paru-paru dan sistem pencernaannya.

Cairan ketuban juga membuat bayi dapat bergerak bebas dalam rahim yang secara tidak langsung membantu perkembangan normal otot-otot dan tulangnya. Kantung ketuban yang berisi embrio terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan. Cairan ketuban segera terbentuk dan mengisi kantung tsb. Pada minggu-minggu awal kehamilan, kandungan utama cairan ketuban adalah air yang disuplai oleh sang ibu. Setelah lewat masa kehamilan 12 minggu, sebagian besar kandungan cairan ketuban adalah urin janin.
Jumlah cairan ketuban meningkat hingga sekitar usia kehamilan 28-32 minggu, yaitu sekitar kurang sedikit dari 1 Liter. Setelah itu, jumlah cairan ketuban umumnya tetap sama hingga usia bayi cukup untuk dilahirkan (sekitar 37-40 minggu), saat di mana jumlah cairan ketuban mulai berkurang.

Akan tetapi pada beberapa kasus kehamilan, jumlah cairan ketuban ini dapat terlalu sedikit (disebut OLIGOHYDRAMNIOS) atau terlalu banyak (POLYHYDRAMNIOS). Kedua kasus tsb. kadang-kadang menimbulkan masalah untuk ibu dan bayi atau merupakan tanda adanya masalah lain. Tetapi, pada sebagian besar kasus, bayi dapat dilahirkan dengan sehat.

Bagaimana Cara Oligohydramnios dan Polyhidramnios Didiagnosa?

Pemeriksaan dengan USG dapat mendiagnosa apakah cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak. Umumnya para dokter akan mengukur ketinggian cairan dalam 4 kuadran di dalam rahim dan menjumlahkannya. Metode ini dikenal dengan nama Amniotic Fluid Index (AFI). Jika ketinggian amniotic fluid (cairan ketuban) yang diukur kurang dari 5 cm, calon ibu tersebut didiagnosa mengalami Oligohydramnios. Jika jumlah cairan tersebut lebih dari 25 cm, ia didiagnosa mengalami Polydyramnios.

Seberapa Umumkah Oligohydramnios?
Sekitar 8% wanita hamil memiliki cairan ketuban terlalu sedikit. Oligohydramnios dapat terjadi kapan saja selama masa kehamilan, walau pada umumnya sering terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Sekitar 12% wanita yang masa kehamilannya melampui batas waktu perkiraan lahir (usia kehamilan 42 minggu) juga mengalami Oligohydramnios, karena jumlah cairan ketuban yang berkurang hampir setengah dari jumlah normal pada masa kehamilan 42 minggu.

Problem Terhadap Janin dan Komplikasi Kehamilan Apakah Yang Dapat Dihubungkan dengan Oligohydramnios?
Masalah-masalah yang dihubungkan dengan terlalu sedikitnya cairan ketuban berbeda-beda tergantung dari usia kehamilan. Oligohydramnios yang terjadi di masa kehamilan trimester pertama atau pertengahan usia kehamilan cenderung berakibat serius dibandingkan jika terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Terlalu sedikitnya cairan ketuban di masa awal kehamilan dapat menekan organ-organ janin dan menyebabkan
kecacatan, seperti kerusakan paru-paru, tungkai dan lengan.

Oligohydramnios yang terjadi di pertengahan masa kehamilan juga meningkatkan resiko keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam kandungan. Jika Oligohydramnios terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang baik. Di saat-saat akhir kehamilan, Oligohydramnios dapat meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan kelahiran, termasuk kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin dan menyebabkan kematian janin. Wanita yang mengalami Oligohydramnios lebih cenderung harus mengalami operasi caesar di saat persalinannya.

Apa Yang Menyebabkan Terlalu Sedikitnya Cairan Ketuban?
Penyebab Oligohydramnios tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas wanita hamil
yang mengalaminya tidak tahu pasti apa penyebabnya. Penyebab Oligohydramnios yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung/membran cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang mengalami Oligohydramnios mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan saluran kemih karena jumlah urin yang diproduksi janin berkurang. Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan Oligohydramnios adalah tekanan darah
tinggi, diabetes, systemic lupus erythematosus (SLE) dan masalah pada plasenta.

Serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menangani tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan nama angiotensin-converting enxyme inhibitors (mis: captopril), dapat merusak ginjal janin dan menyebabkan Oligohydramnios parah dan kematian janin. Wanita yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi yang kronis seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kesehatan sebelum merencanakan kehamilan untuk memastikan bahwa tekanan darah mereka tetap terawasi baik dan pengobatan
yang mereka lalui adalah aman selama kehamilan mereka.

Bagaimana Cara Menangani Oligohydramnios?
Studi baru-baru ini menyarankan bahwa para wanita dengan kehamilan normal tetapi mengalami Oligohydramnios di masa-masa terakhir kehamilannya kemungkinan tidak perlu menjalani treatment khusus dan bayi mereka cenderung lahir dengan sehat. Akan tetapi wanita tersebut harus mengalami pemantauan terus-menerus. Dokter mungkin akan
merekomendasikan untuk menjalani pemeriksaan USG setiap minggu bahkan lebih sering untuk mengamati apakah jumlah cairan ketuban terus berkurang. Jika indikasi berkurangnya cairan ketuban tersebut terus berlangsung, dokter mungkin akan merekomendasikan persalinan lebih awal dengan bantuan induksi untuk mencegah komplikasi selama persalinan dan kelahiran. Sekitar 40-50% kasus Oligohydramnios berlangsung hingga persalinan tanpa treatment sama sekali.

Selain pemeriksaan USG, dokter mungkin akan merekomendasikan tes terhadap kondisi janin, seperti tes rekam kontraksi untuk mengamati kondisi stress tidaknya janin, dengan cara merekam denyut jantung janin. Tes ini dapat memberi informasi penting untuk dokter jika janin dalam rahim mengalami kesulitan. Dalam kasus demikian, dokter cenderung untuk merekomendasikan persalinan lebih awal untuk mencegah timbulnya masalah lebih serius. Janin yang tidak berkembang sempurna dalam rahim ibu yang mengalami Oligohydramnios beresiko tinggi untuk mengalami kompikasi selama persalinan, seperti asphyxia (kekurangan oksigen), baik sebelum atau sesudah kelahiran. Ibu dengan kondisi janin seperti ini akan dimonitor ketat bahkan kadang-kadang harus tinggal di rumah sakit.

Jika wanita mengalami Oligohydramnios di saat-saat hampir bersalin, dokter mungkin akan melakukan tindakan untuk memasukan larutan salin melalui leher rahim ke dalam rahim. Cara ini mungkin mengurangi komplikasi selama persalinan dan kelahiran juga menghindari persalinan lewat operasi caesar. Studi menunjukkan bahwa pendekatan ini sangat berarti pada saat dilakukan monitor terhadap denyut jantung janin yang
menunjukkan adanya kesulitan. Beberapa studi juga menganjurkan para wanita dengan Oligohydramnios dapat membantu meningkatkan jumlah cairan ketubannya dengan minum banyak air. Juga, banyak dokter menganjurkan untuk mengurangi aktivitas fisik bahkan melakukan bedrest.

Apakah Cairan Ketuban Yang Berisiko pada Bayi?
Warna cairan ketuban normal adalah bening atau kekuningan. Warna ab-normal pada tes amniosintesis atau pada kelahiran kadangkala menunjukkan adanya masalah. Cairan berwarna kecoklatan atau hijau umumnya mengindikasikan bahwa bayi telah mengeluarkan tinja, yang menunjukkan bahwa bayi dalam kondisi stress. Cairan berwarn merah muda
mengindikasikan perdarahan, sementara warna merah anggur mengindikasikan perdarahan sebelumnya (lampau). Kondisi ini mungkin tidak atau memiliki sedikit konsekuensi, tetapi tes-tes yang berkaitan sebaiknya dilakukan untuk menemukan penyebabnya.

Disadur dari artikel March Of Dimes (support research of Amniotic Fluid Disorder)
PO Box 1657, Wilkes-Barre, Philadelphia 18703-1657
Phone: 1-8003676630

Thursday, November 22, 2007

Qurban Terbaik

Oleh Jojo Wahyudi

Kuhentikan mobil tepat di ujung kandang tempat berjualan hewan Qurban. Saat pintu mobil kubuka, bau tak sedap memenuhi rongga hidungku, dengan spontan aku menutupnya dengan saputangan. Suasana di tempat itu sangat ramai, dari para penjual yang hanya bersarung hingga ibu-ibu berkerudung Majelis Taklim, tidak terkecuali anak-anak yang ikut menemani orangtuanya melihat hewan yang akan di-Qurban-kan pada Idul Adha nanti, sebuah pembelajaran yang cukup baik bagi anak-anak sejak dini tentang
pengorbanan Nabi Allah Ibrahim & Nabi Ismail.

Aku masuk dalam kerumunan orang-orang yang sedang bertransaksi memilih hewan yang akan di sembelih saat Qurban nanti. Mataku tertuju pada seekor kambing coklat bertanduk panjang, ukuran badannya besar melebihi kambing-kambing di sekitarnya.

" Berapa harga kambing yang itu pak ?" ujarku menunjuk kambing coklat tersebut.
" Yang coklat itu yang terbesar pak. Kambing Mega Super dua juta rupiah tidak kurang" kata si pedagang berpromosi matanya berkeliling sambil tetap melayani calon pembeli lainnya.
" Tidak bisa turun pak?" kataku mencoba bernegosiasi.
" Tidak kurang tidak lebih, sekarang harga-harga serba mahal" si pedagang bertahan.
" Satu juta lima ratus ribu ya?" aku melakukan penawaran pertama.
" Maaf pak, masih jauh." ujarnya cuek.

Aku menimbang-nimbang, apakah akan terus melakukan penawaran terendah berharap si pedagang berubah pendirian dengan menurunkan harganya.
" Oke pak bagaimana kalau satu juta tujuh ratus lima puluh ribu?" kataku.
" Masih belum nutup pak " ujarnya tetap cuek.
" Yang sedang mahal kan harga minyak pak. Kenapa kambing ikut naik?" ujarku berdalih mencoba melakukan penawaran termurah.
" Yah bapak, meskipun kambing gak minum minyak. Tapi dia gak bisa datang ke sini sendiri. Tetap saja harus di angkut mobil pak, dan mobil bahan bakarnya bukan rumput" kata si pedagang meledek.

Dalam hati aku berkata, alot juga pedagang satu ini. Tidak menawarkan harga selain yang sudah di kemukakannya di awal tadi. Pandangan aku alihkan ke kambing lainnya yang lebih kecil dari si coklat. Lumayan bila ada perbedaan harga lima ratus ribu. Kebetulan dari tempat penjual kambing ini, aku berencana ke toko ban mobil. Mengganti ban belakang yang sudah mulai terlihat halus tusirannya. Kelebihan tersebut bisa untuk menambah budget ban yang harganya kini selangit.

" Kalau yang belang hitam putih itu berapa bang?" kataku kemudian.
" Nah yang itu Super biasa. Satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah" katanya.

Belum sempat aku menawar, di sebelahku berdiri seorang kakek menanyakan harga kambing coklat Mega Super tadi. Meskipun pakaian "korpri" yang ia kenakan lusuh, tetapi wajahnya masih terlihat segar.

" Gagah banget kambing itu. Berapa harganya mas?" katanya kagum.
" Dua juta tidak kurang tidak lebih kek." kata si pedagang setengah malas menjawab setelah melihat penampilan si kakek.
" Weleh larang men regane (mahal benar harganya) ?" kata si kakek dalam bahasa Purwokertoan.
" Bisa di tawar-kan ya mas ?" lanjutnya mencoba negosiasi juga.
" Cari kambing yang lain aja kek. " si pedagang terlihat semakin malas meladeni.
" Ora usah (tidak) mas. Aku arep sing apik lan gagah Qurban taun iki (Aku mau yang terbaik dan gagah untuk Qurban tahun ini). Duit-e (uangnya) cukup kanggo (untuk) mbayar koq mas." katanya tetap bersemangat seraya mengeluarkan bungkusan dari saku celananya. Bungkusan dari kain perca yang juga sudah lusuh itu di bukanya, enam belas lembar uang seratus ribuan dan sembilan lembar uang lima puluh ribuan dikeluarkan dari dalamnya.
" Iki (ini) dua juta rupiah mas. Weduse (kambingnya) dianter ke rumah ya mas?" lanjutnya mantap tetapi tetap bersahaja.

Si pedagang kambing kaget, tidak terkecuali aku yang memperhatikannya sejak tadi. Dengan wajah masih ragu tidak percaya si pedagang menerima uang yang disodorkan si kakek, kemudian di hitungnya perlahan lembar demi lembar uang itu.

" Kek, ini ada lebih lima puluh ribu rupiah" si pedagang mengeluarkan selembar lima puluh ribuan.
" Ora ono ongkos kirime tho...?" (Enggak ada ongkos kirimnya ya?) si kakek seakan tahu uang yang diberikannya berlebih.
" Dua juta sudah termasuk ongkos kirim" si pedagang yg cukup jujur memberikan lima puluh ribu ke kakek.
" Mau di antar ke mana mbah?" (tiba-tiba panggilan kakek berubah menjadi mbah).
" Alhamdulillah, lewih (lebih) lima puluh ribu iso di tabung neh (bisa ditabung lagi)" kata si kakek sambil menerimanya. " Tulung anterke ning deso cedak kono yo (tolong antar ke desa dekat itu ya), sak sampene ning mburine (sesampainya di belakang) Masjid Baiturrohman, takon ae umahe (tanya saja rumahnya) mbah Sutrimo pensiunan pegawe Pemda Pasir Mukti, InsyaAllah bocah-bocah podo ngerti (InsyaAllah anak-anak sudah tahu)".

Setelah selesai bertransaksi dan membayar apa yang telah disepakatinya, si kakek berjalan ke arah sebuah sepeda tua yang di sandarkan pada sebatang pohon pisang, tidak jauh dari X-Trail milikku. Perlahan diangkat dari sandaran, kemudian dengan sigap di kayuhnya tetap dengan semangat.

Entah perasaan apa lagi yang dapat kurasakan saat itu, semuanya berbalik ke arah berlawanan dalam pandanganku. Kakek tua pensiunan pegawai Pemda yang hanya berkendara sepeda engkol, sanggup membeli hewan Qurban yang terbaik untuk dirinya. Aku tidak tahu persis berapa uang pensiunan PNS yang diterima setiap bulan oleh si kakek. Yang aku tahu, di sekitar masjid Baiturrohman tidak ada rumah yang berdiri dengan mewah, rata-rata penduduk sekitar desa Pasir Mukti hanya petani dan para pensiunan pegawai rendahan.

Yang pasti secara materi, sangatlah jauh di banding penghasilanku sebagai Manajer perusahaan swasta asing.
Yang sanggup membeli rumah di kawasan cukup bergengsi.
Yang sanggup membeli kendaraan roda empat yang harga ban-nya saja cukup membeli seekor kambing Mega Super.
Yang sanggup mempunyai hobby berkendara moge (motor gede) dan memilikinya.
Yang sanggup mengkoleksi "raket" hanya untuk olah-raga seminggu sekali.
Yang sanggup juga membeli hewan Qurban dua ekor sapi sekaligus
Tapi apa yang aku pikirkan?

Aku hanya hendak membeli hewan Qurban yang jauh di bawah kemampuanku yang harganya tidak lebih dari service rutin mobil X-Trail, kendaraanku di dunia fana. Sementara untuk kendaraanku di akhirat kelak, aku berpikir seribu kali saat membelinya.

Ya Allah, Engkau yang Maha Membolak-balikan hati manusia balikkan hati hambaMu yang tak pernah berSyukur ini ke arah orang yang pandai menSyukuri nikmatMu.

(Cikini, 12-11-07)

About Placenta Previa

Artikel soal plasenta previa.

What is placenta previa?
If you have placenta previa, it means that your placenta is lying unusually low in your uterus, next to or covering your cervix. The placenta is the pancake-shaped organ — normally located near the top of the uterus — that supplies your baby with nutrients through the umbilical cord.

Placenta previa is not usually a problem early in pregnancy. But if it persists into later pregnancy, it can cause bleeding, which may require you to deliver early and can lead to other complications. If you have placenta previa when it's time to deliver your baby, you'll need to have a c-section.

If the placenta covers the cervix completely, it's called a complete or total previa. If it's right on the border of the cervix, it's called a marginal previa. (You may also hear the term "partial previa," which refers to a placenta that covers part of the cervical opening once the cervix starts to dilate.) If the edge of the placenta is within 2 centimeters of the cervix but not bordering it, it's called a low-lying placenta. The location of your placenta will be checked during your midpregnancy ultrasound exam.

What happens if I'm diagnosed with placenta previa?
It depends on how far along you are in pregnancy. Don't panic if your second trimester ultrasound shows that you have placenta previa. As your pregnancy progresses, your placenta is likely to "migrate" farther from your cervix and no longer be a problem. (Since the placenta is implanted in the uterus, it doesn't actually move, but it can end up farther from your cervix as your uterus expands. Also, as the placenta itself grows, it's likely to grow toward the richer blood supply in the upper part of the uterus.)

Only about 10 percent of women who have placenta previa noted on ultrasound at midpregnancy still have it when they deliver their baby. A placenta that completely covers the cervix is more likely to stay that way than one that's bordering it (marginal) or nearby (low-lying). Even if previa is discovered later in pregnancy, the placenta may still
move away from the cervix (although the later it's found, the less likely this is to happen). You'll have a follow-up ultrasound early in your third trimester to check on the location of your placenta. If you have any vaginal bleeding in the meantime, an ultrasound will be done then to find out what's going on.

What will happen if my previa persists?
If the follow-up ultrasound reveals that your placenta is still covering or too close to your cervix, you'll be monitored carefully, have regular ultrasounds, and need to watch for vaginal bleeding. You'll be put on "pelvic rest," which means no intercourse or vaginal exams for the rest of your pregnancy. And you'll be advised to take it easy and avoid activities that might provoke bleeding, such as strenuous housework or heavy lifting.

Bleeding from a placenta previa happens when the cervix begins to thin out or dilate (even a little) and disrupts the blood vessels in that area. It's usually painless, can start without warning, and can range from spotting to extremely heavy bleeding. If your bleeding is severe, you may have to deliver your baby right away, even if he's still premature. You may also need a blood transfusion. It's unusual for bleeding to start before late in the second trimester, and about half the time it doesn't begin until you're nearly full-term (37 weeks). The bleeding will often stop on its own, but it's likely to start again at some point. (If you have bleeding and you're Rh negative, you'll need a shot of Rh immune globulin, unless the baby's father is Rh negative, too.)

If you start bleeding or have contractions, you'll need to be hospitalized. What happens then will depend on how far along you are in your pregnancy, how heavy the bleeding is, and how you and your baby are doing. If you're near full-term, your baby will be delivered by c-section right away. If your baby is still premature, he'll be delivered by c-section immediately if his condition warrants it or if you have heavy bleeding that doesn't stop.

Otherwise, you'll be watched in the hospital until the bleeding stops. If you're less than 34 weeks, you may be given corticosteriods to speed up your baby's lung development and to prevent other complications in case he ends up being delivered prematurely.

If the bleeding stops, and both you and your baby are in good condition, you'll probably be sent home. But you'll need to return to the hospital immediately if the bleeding starts again. If you and your baby continue to do well and you don't need to deliver early, you'll have a scheduled c-section at 37 weeks.

No matter when you deliver, if you still have placenta previa, you'll need a c-section. With a complete previa, the placenta blocks the baby's way out. And even if it's only bordering the cervix, you'll still need a c-section in most cases because the placenta could bleed profusely if the cervix dilated.

What other complications can placenta previa cause?
Having placenta previa increases your risk of heavy bleeding not only during pregnancy but also during and after delivery. Here's why:

After a baby is delivered by c-section, the obstetrician delivers the placenta and the mother is given Pitocin (and possibly other medications). This causes the uterus to contract, which helps stop the bleeding from the area where the placenta was implanted. But when you have previa, the placenta is implanted in the lower part of the uterus, which doesn't contract as well as the upper part so the contractions are not as effective at stopping the bleeding.

Women who have placenta previa are also more likely to have a placenta that's implanted too deeply and doesn't separate easily at delivery (placenta accreta). Placenta accreta occurs in only one out of 2,500 births overall, but your chances of having this problem are one in ten if you have placenta previa when you deliver your baby. Placenta accrete can cause severe bleeding, and a hysterectomy to control the bleeding and a blood transfusion may be required.

Finally, women with placenta previa are more likely to have a low-birthweight baby mostly because they may need to deliver early, but also because of a slightly increased risk of intrauterine growth restriction.

Who's most at risk for placenta previa?
Most women who develop placenta previa have no apparent risk factors. But if any of the following apply to you, you're more likely to have this complication:
• You had placenta previa in a previous pregnancy.
• You're pregnant with twins or higher-order multiples.
• You've had c-sections before. (The more c-sections you've had, the higher the risk).
• You've had some other uterine surgery (such as a D&C or fibroid removal).
• You're a cigarette smoker.
• You use cocaine.

Also, the more babies you've had and the older you are, the higher your risk.

Thursday, November 15, 2007

Gerakan Moral untuk Nurdin Halid

Setelah FIFA minta PSSI untuk menggelar pemilihan ulang Ketua Umum PSSI, dan PSSI keukeuh mempertahankan sang ketua, yang muncul kemudian adalah -kalo boleh dibilang- olok-olok kepada PSSI. Juga kepada Nurdin Halid. FIFA beralasan, status Nurdin sebagai tersangka dan kini ditahan sudah cukup jelas untuk diganti. Tapi PSSI beralasan, FIFA salah dan tiadk membaca surat Presiden FIFA Slepp Blatter yang sebelumnya menyebut kalo urusan yang dihadapi PSSI ini diselesaikan di tingkat AFC, Asosiasi Sepakbola Asia. Tapi belakangan Blatter menyebut kalo PSSI mestinya nurut sama putusan FIFA. Di dalam negeri, Menpora dan KONI juga sudah minta hal yang sama. Desakan ini juga datang dari berbagai kelompok suppoter klub. Cuma yah gitulah, PSSI belum mau beranjak. Ada aja alasan yang dipake untuk mempertahankan Nurdin sebagai bos mereka. Nurdin Halid bahkan tegas menolak mundur. Katanya, meski Wapres atau Presiden sekalipun, tak bisa mengintervensi PSSI.

Padahal dari banyak artikel yang mengulas soal ini, banyak yang mengusulkan supaya PSSI menggelar Munaslub untuk mengganti Nurdin. Apa lagi sih yang ditunggu? Bahkan bekas pelatih timnas Benny Dolo juga berujar, kalo PSSI keukeuh dengan pendiriannya, maka taruhannya adalah sepakbola Indonesia. Indonesia akan dilarang main dalam event apapun yang digelar FIFA. Gerak gerik Indonesia juga akan sangat terbatas dalam urusan sepakbola. Bertapa tersiksanya bukan? Apa yang bisa diharapkan kalo sudah begitu? Kompetisi dalam negeri pastilah juga berkurang gregetnya karena kalopun ada pemain yang dipanggil masuk timnas, apa yang dituju? Cuma pertandaingan-pertandingan persahabatan kali kan? Ga mungkin kompetisi sekelas Pra Piala Dunia. Hhhmmm..

Sikap redaksi di kantorku juga pernah mengulas soal yang sama. Apa yang bisa diharapkan kalo organisasi tertinggi sepakbola sudah ternoda dengan sikap pengurusnya? Bahkan Ketua Umumnya sendiri seperti tak mendengar suara-suara protes ini? Bahkan pernyataan Wakil Presiden yang minta Nurdin mematuhi putusan FIFA juga seperti angin lalu aja? Kasian sekali sepakbola Indonesia. Lebih baik kalah di lapangan rumput daripada dikucilkan oleh komunitas sepakbola dunia kan?

Ga heran kalo kemudian banyak yang menyuarakan itu liwat berbagai aksi. Salah satunya situs ini. Digagas oleh Jakmania, para supporter Persija, mereka bikin gerakan moral untuk Nurdin Halid. Coba masuklah kesana. Ada banyak komentar yang muncul dari para fans klub-klub tanah air yang menyampaikan pendapat mereka. Semuanya satu suara, menuntut Nurdin Halid mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI. Apa lagi yang kau tunggu Bang??

Monday, November 12, 2007

Sudah 30 Minggu

Hari Sabtu lalu priksa ke dokter Gul. Hujan dan badai menyertai perjalanan kami dari rumah ke rumah sakit. Jadi laju mobil pun pelan-pelan aja. Belum lagi ketemu macet di beberapa titik, termasuk deket RS YPK, tempat praktik dokter Gul. Alhamdulillah, meski harus berlama-lama di jalan, kami sampe di RS YPK beberapa menit sebelum azan Maghrib.

Kayanya sih aku jadi pasien terakhirnya dokter Gul tuh. Tapi lumayan lah bisa ngobrol banyak sama dokter. Faza juga kuajak masuk ke ruang periksa. Ini adalah pertemuan pertamanya dengan dokter Gul di usia yang udah beranjak gedhe. Dulu kan ketemu dokter Gul pas umur 40 hari, waktu aku periksa kondisi rahimku abis melahirkan. Wah, menakjubkan yah.. Tapi Faza sih ga takut. Apalagi sebelum masuk ruang juga udah diwanti-wanti kalo nanti akan diajak ngeliat dedenya di perut. Diminta salaman juga hayu aja, hehehe..

Waktu diperiksa, Faza mencari-cari gambar yang jelas. Hehehe.. namanya juga USG, ga terlalu jelas kalo ga biasa ngeliat. Tapi sama dokter Gul trus dikenalkan, mana kepala, mana kaki, mana tangan. Tapi mungkin masih susah buat Faza untuk memahami gambar yang ada di USG, jadi dia nanya-nanya terus kenapa dedenya engga keliatan, hehehe.. Dari hasil USG itulah ditau kalo usia dedenya Faza udah masuk 30 minggu. Wah ga brasa yah. Hhhmm.. tapi ya bener juga sih. Terakhir ke dokter Gul kan awal puasa. Trus waktu itu aku diminta ke dokter dua bulan lagi. Hhhmm.. kalo terakhir kontrol waktu itu 22 minggu, ya bener aja kalo sekarang udah 30 minggu to.

Semoga selalu dimudahkan dan dilancarkan sampe lahirnya nanti. Dede Faza juga selalu sehat di setiap tumbuh dan kembangnya. Amien..

Pulangnya, kami mampir dulu ke Sarinah. Ujannya sih masih turun, tapi berhubung si ayah mulai laper, jadi kami mampir dulu bentar. Apalagi jaraknya cuma selemparan tisu aja tuh dari RS YPK. Sempet juga sih window shopping, trus abis makan, langsung deh pulang. Perjalanan kami hari itu full diiringi hujan, meski pas pulang, ga sederas waktu brangkat..

Wednesday, November 07, 2007

Menyambut Maia dan Bu Shinta

Senin sore lalu, kantorku heboh. Lha gimana engga. Sebabnya adalah kehadiran Maia Estianty yang adalah seleb itu, pentolan Ratu yang sekarang sedang anget-angetnya disorot karena kasus rumah tangganya dengan Dhani Ahmad. Maia hadir ke radioku karena diundang untuk bicara di program Ruang Perempuan. Temanya adalah 'Agama Dijadikan Justifikasi Dominasi Laki-laki'. Selain Maia, hadir juga Bu Shinta Nuriyah yang adalah istri Gus Dur. Rame banget lah, secara kedatangan seleb kan jarang. Kalo wawancara liwat telpon mah sering lah sama banyak seleb. Cuma kalo kedatangan begini, plus itu adalah seleb yang sedang dicari-cari, pastilah kehebohan itu jadi hal yang lumrah bukan? Huehehehe..

Ngundang Maia sendiri bukan hal gampang. Apalagi dengan kasus yang sedang dihadapi, Maia juga lagi emoh berhadapan dengan media. Maka pendekatan itu dimulai dari kontak ke pengacaranya, Bu Sheila. Penanggung jawab program ini adalah temenku yang sejak mula sudah rajin nyari-nyari kontak pengacara Maia demi mendapatkan mba seleb ini. Dan 'merayu'nya tentu saja tidak mudah. Maia ga mau datang dan ngomong sendirian. Syarat lainnya, tak boleh ada infotainment. Salah satu narasumber yang dia mau untuk menemani adalah Bu Shinta Nuriyah ini. Maka diundanglah juga Bu Shinta untuk ikut bicara.

Meski temenku sempet bermasalah dengan sekretarisnya Bu Shinta, tapi syukurlah akhirnya tamu-tamu yang kita undang datang semua. Sampe sehari sebelumnya, temenku juga selalu berkomunikasi dengan kontak person kedua calon tamu kami. Seraya tentu saja tidak mengabarkan kepada siapapun. Kalopun kalangan temen-temen kantor tau, itu juga ga berani kami pastikan sebelum betul-betul pas di hari H-nya. Apalagi kami juga betulan menjaga syarat supaya engga ada infotainment yang datang.


Sampe hari yang dijadwalkan tiba, pagi-pagi, temen PJ ini mengabarkan ke aku kalo kedua tamu ini positif akan datang. Setidaknya sampe pagi itu. Dan kamipun bersiap. Sampe siang itu, ga sengaja kami liat di parkiran kantor, ada mobil media lain yang sudah terparkir rapi. Uuuffhhh.. Dengan ge-er, kami beranggapan bahwa mobil itu adalah mobil infotainment tipi bersangkutan. Duh.. kok bisa ada infotainment? Darimana taunya? Kalo Maia ngambek gimana? Tentu saja ini merisaukan. Lha kalo beneran ngambek, gimana kami mau mengganti tema diskusi siang itu semendadak ini kan? Meski harap-harap cemas, temenku akhirnya dapet jawaban dari pengacara Maia kalo infotainment memang diundang untuk ikutan jumpa pers yang akan digelar pihak Maia, persis setelah diskusi selesai. Aahhh.. syukurlah.. Brarti bukan dari kami yang membocorkan kedatangan Maia ke kantor. Sementara Bu Shinta juga tetap konfirm datang. Jadi legalah kami..


Urusan memasukkan para tamu ini juga jadi bagian penting. Kami ga mau ambil risiko dengan -misalnya- mengijinkan infotainment untuk mencegat dan wawancara Maia duluan. Jadi para satpam dan tim keamanan juga dilibatkan untuk langsung memasukkan para tamu ini menuju studio kami yang kebetulan ada di lantai dasar. Hhhmm.. seru juga tuh nungguin tamu yang jadi incaran, huehehehe.. Untung ga perlu ada desak-desakan karena begitu datang, baik Bu Shinta dan Maia masuk lewat pintu yang langsung berhubungan dengan studio. Ffuuiihh.. legaaa..

Seperti temanya, diskusi sore itu bertema penggunaan agama sebagai justifikasi dominasi laki-laki. Kalo yang selalu nonton infotainment dan ngikutin kasusnya Maia dan Dhani, mungkin tau soal ini. Maia lebih banyak mengeksplorasi soal apa yang terjadi di dalam rumah tangganya. Meski pasti ga detil-detil amat. Sementara Bu Shinta lebih banyak menjelaskan soal tafsir-tafsir dalam agama yang sering digunakan laki-laki dalam kasus rumah tangga.

Abis diskusi, dimanfaatkan banget tuh untuk foto-foto temenku sekantor. Bahkan, temen dari divisi lain juga banyak yang belain datang ke divisiku, demi ngeliat Maia dan ikutan foto, hihihihi.. Trus waktu keluar dari kantor, baru deh mulai dirubung infotainment. Jumlahnya ternyata lumayan juga tuh yang dateng. Sementara kami-kami memilih ngeliat dari jauh. Hhmm.. padahal dipikir-pikir, jurnalis kan ya sangat biasa ya ketemu sama pejabat. Cuma, tetep beda sih ya kalo yang dateng seleb gini. Jarang ketemu to pastinya kalio lagi liputan karena urusannya lekat sama berita. Sampe-sampe, ada satpam kantor yang setia banget nemenin di belakang Maia selama wawancara dengan infotainment berjalan, huehehehe..

Besoknya, jadi pembicaraan seisi kantor deh. Yang keliatan si ini lah, si itu lah, hahaha.. rada norak yah. Tapi lumayan lah, gitu kan jadi nebeng dikenal karena narasi beberapa infotainment mencantumkan soal diskusi yang diikuti Maia berikut temanya. Cuma, nama radio aja yang ga disebut. Pasti lah yah kalo gini.. Tinggal sekarang sama temenku, lagi coba ngundang tamu-tamu lain yang terhitung seleb dan sedang punya masalah. Kata temenku, sapa tau bisa jadi rujukan infotainment untuk seleb-seleb yang sedang punya urusan. Tentu saja rujukannya bukan yang berbau gosip dong, tapi tentu saja dengan sudut pandang yang berbeda, seperti halnya diskusi Maia dan Bu Shinta ini. Hhhmm.. engga muluk kan ya..

Kehamilan Diluar Kandungan

Buat nambah pengetahuan..

Kehamilan yang berada diluar kandungan harus segera dihentikan karena bisa membahayakan nyawa ibu. Apa sebab dan bagaimana mengatasinya?

Pada pemeriksaan kehamilan pertama, biasanya dokter menyarankan untuk dilakukan USG. Salah satunya bertujuan melihat kehamilan terjadi di dalam atau di luar kandungan. Hingga, bisa segera ditangani bila kehamilan terjadi di luar kandungan. Soalnya, kehamilan di luar kandungan atau kehamilan ektopik sangat membahayakan nyawa ibu. Kehamilan ektopik, terang dr. Bambang Fadjar, SpOG dari RS International Bintaro, Tangerang, bisa terjadi di saluran tuba, kornu (tanduk rahim), indung telur, atau justru di dalam perut. Tentunya, dengan makin membesar janin, baik saluran tuba, indung telur, ataupun kornu, bisa pecah dan mengakibatkan perdarahan di dalam perut. "Ini sangat membayakan jika perdarahan sampai tak diketahui."

Kelainan Saluran Tuba
Menurut Bambang, kehamilan ektopik bisa terjadi bila kita punya masalah di saluran tuba, entah berupa penyumbatan atau penyempitan. Saluran tuba merupakan jalan masuk sel telur dan sperma hasil konsepsi (pertemuan sperma dan sel telur). Kala masa subur, indung telur akan mengeluarkan telur matang ke dalam perut. Nah, bila kita berhubungan, sel sperma akan masuk ke rahim, lalu melewati saluran tuba dan keluar dari fimbrie (ujung luar saluran tuba) ke dalam perut, hingga bertemu sel telur yang matang itu. Hasil konsepsi itu akan masuk kembali ke dalam rahim lewat fimbrie dan saluran tuba, lalu tumbuh dan berkembang di dalam rahim sebagai janin. Dengan demikian, jika terjadi kelainan di saluran tuba, hasil konsepsi tak bisa masuk ke dalamnya, hingga terjadilah kehamilan di luar rahim.

"Bisa saja hasil konsepsi dapat masuk ke saluran tuba tapi tak bisa sampai ke dalam rahim, hingga bercokol di sana dan tumbuh membesar; bisa juga masuk ke dalam indung telur, atau sama sekali tak bisa masuk ke saluran tuba hingga tumbuh di dinding perut." Terjadinya penyempitan/ penyumbatan saluran tuba karena memang sejak kecil ada kelainan di saluran tuba atau karena terjadi infeksi seperti infeksi akibat penyakit GO (gonorrhea) ataupun radang panggul.

Tanda-tanda saluran tuba yang terkena infeksi ialah keputihan, tapi keputihannya tak seperti keputihan fisiologis biasa, melainkan disertai rasa sakit atau nyeri di perut, demam, dan dalam jumlah banyak. Bahkan, saking tak tertahankan akan sakitnya, si ibu bisa pingsan. "Jadi, bila ibu keputihan, harus diyakini betul, apakah keputihannya karena ada infeksi ataukah sekadar fisiologis biasa seperti yang terjadi kala hendak menstruasi," tegas Bambang. Bila tak yakin, tak ada salahnya untuk berkunjung ke dokter demi memastikannya.

Ciri-ciri
Kehamilan ektopik tak bisa dideteksi dari luar. Yang jelas, bila 1-2 minggu si ibu telat menstruasinya, terus merasa nyeri di perut bagian bawah, waspadalah. "Selemah-lemahnya tubuh orang hamil muda, tapi tak akan ada nyeri. Nah, jika terasa nyeri sedikit saja di perut bagian bawah perlu waspada. Jangan-jangan ada infeksi di saluran tuba atau bahkan sudah terjadi kehamilan ektopik."

Nyeri ini terjadi karena kehamilan telah pecah, hingga menimbulkan perdarahan. "Si ibu tak akan tahu kalau ia mengalami perdarahan karena perdarahan itu terjadi di dalam perut. Hingga, yang ia rasakan hanya sakit yang hebat, lemas, sesak, dan tiba-tiba pingsan." Memang tak semua kehamilan ektopik akan mengalami perdarahan. Soalnya, kehamilan ektopik ada 2 jenis, yaitu kehamilan ektopik belum terganggu (KEBT) dan kehamilan ektopik terganggu (KET). Pada KEBT, kehamilannya belum sampai pecah dan biasanya si ibu tak merasakan apa-apa. Sementara pada KET, kehamilan ektopik itu sampai mengakibatkan saluran tuba pecah dan menimbulkan perdarahan. "Di saluran tuba banyak terdapat pembuluh darah. Jadi, saat janin membesar sedikit saja, bisa mengakibatkan saluran itu pecah."

Harus Dikeluarkan
Itulah mengapa, bila diketahui terjadi kehamilan ektopik, meski belum pecah, dokter pasti menyarankan untuk segera dikeluarkan. Sebab, tak ada gunanya janin itu tumbuh di tempat yang bukan tempatnya. Janin juga tak mungkin bisa membesar hingga usia 9 bulan. Baru beberapa minggu saja, "tempat bersarangnya" sudah tak tahan dan pasti akan pecah. Jika sudah pecah, perdarahan yang terjadi dalam perut bisa hebat. "Ada lo, yang perdarahannya sampai 2 liter." Kalau sudah begini, si ibu akan mengalami anemia, pucat, lemas, bahkan bisa pingsan. Sebab, darah yang terkumpul di dalam perut bisa mengakibatkan sesak nafas. Bila perdarahannya dalam tingkat parah dan tak segera ditolong, si ibu bisa meninggal.

Pun jika kehamilan terjadi di dinding perut yang tempatnya relatif lebih lebar. "Memang ada kehamilan ektopik di dalam perut yang bisa sampai membesar hingga janinnya cukup mampu untuk dilahirkan. Namun, tetap saja itu bukan tempat untuk tumbuh kembang bayi, hingga kualitas bayi juga pasti tak bagus." Selain itu, plasenta bisa menempel di usus perut kita, hingga sangat membahayakan. "Pada si ibu pasti akan timbul keluhan sakit perut yang hebat."

Bukan berarti bahaya sudah hilang, lo, bila janin sudah dikeluarkan dari dinding perut. "Plasenta yang menempel di usus tak bisa begitu saja diambil. Pasti akan merusak usus kita atau mengakibatkan robek. Jadi, biasanya janinnya dulu dikeluarkan lewat operasi. Beberapa hari kemudian, baru dilakukan operasi kembali untuk mengeluarkan plasenta." Dengan tak ada janin, berarti tak ada kehidupan, juga buat plasentanya, hingga ia takkan menempel kuat lagi di usus. Dengan demikian, saat diambil sudah tak membahayakan usus lagi.

Tetap Waspada
Mengingat bahayanya yang besar itulah, pesan Bambang, ibu hamil jangan menolak jika dianjurkan untuk pemeriksaan USG di trimester I. Dengan demikian, bila diketahui terjadi kehamilan ektopik, bisa segera dihentikan kehamilannya atau dikeluarkan janinnya sebelum pecah. Pada KEBT, penanganan cukup dilakukan dengan suntik pengobatan MTX (methotrexate) yang bisa menyerap hasil konsepsi tanpa merusak saluran tuba atau dinding perut. Selanjutnya akan dipantau lewat USG, kehamilannya bisa menghilang atau tidak. Jika belum terserap sempurna, cara ini akan diulang lagi.

Cara lain, dengan operasi laparoskopi, sejenis operasi besar tapi dengan invasi minimal. Jadi, dinding perut dilubangi sedikit untuk memasukkan alat dan teropong, lalu dilakukan operasi pemotongan janin atau saluran tuba. Pemotongan saluran tuba diusahakan sesedikit mungkin, hingga bisa diperbaiki kembali atau dilakukan tuba plastik (operasi plastik untuk memperbaiki saluran tuba). "Namun bila letak janin tumbuh di tengah atau ujung bagian dalam saluran tuba, biasanya satu saluran tuba itu akan dipotong semua."

Pada KET, harus segera dilakukan operasi laparotomi, yaitu pembedahan perut. "Darah di perut dikeluarkan dan saluran tuba yang pecah dipotong." Meski satu saluran tuba telah dibabat habis, toh, ibu tak usah khawatir dirinya tak bisa hamil lagi. Bukankah saluran tubanya masih ada satu lagi dan indung telurnya masih utuh? Jadi, bila yang kiri dipotong, misal, yang kanan masih tetap berfungsi. Namun dengan syarat, saluran tersebut tak mengalami penyempitan/penyumbatan. Kalau tidak, ya, bisa terjadi kehamilan ektopik lagi.

Saran Bambang, jika ingin hamil lagi dan tak ingin kehamilan ektopik ini terulang, sebaiknya setelah pemotongan saluran tuba, periksalah saluran tuba yang satunya lagi dengan peneropongan HSG (histerosalpingografi) . "Jika ternyata ditemukan kasus yang sama pada saluran tuba satunya lagi, sebaiknya diperbaiki dulu. Infeksinya disembuhkan atau sumbatannya dibuka dengan jalan ditiup. Dengan demikian, kehamilan ektopik takkan terulang."

Walau begitu, hasil peniupan tetap perlu diwaspadai. Soalnya. saat ditiup, bisa jadi saluran itu membesar. Untuk masuknya sel sperma yang hendak menuju ke dalam perut, mungkin saluran ini cukup. Namun setelah sel sperma bertemu dengan sel telur dan terjadi konsepsi, mungkin ukurannya jadi lebih besar, misal, 4 kali besar sel sperma. Nah, kala ia hendak masuk lagi ke rahim melalui saluran tuba, saluran yang terbuka hasil ditiup tadi, tetap tak cukup besar untuk dilalui hasil konsepsi ini. Jadilah hasil konsepsi ini tak bisa sampai ke dalam rahim, melainkan hanya sampai di saluran tuba atau bahkan tak bisa masuk sama sekali atau ada di dinding perut.

Kewaspadaan ini juga perlu bagi ibu-ibu yang punya kasus infertility hingga perlu dilakukan peniupan di saluran tubanya. Jangan sampai terjadi kehamilan ektopik.

Friday, November 02, 2007

Hari Melelahkan

Kamis kemarin jadi salah satu hari yang paling melelahkan pekan ini. Berangkat dari rumah pagi-pagi karena mau ada acara diskusi publik diluar kantor. Acara diskusinya sendiri sih dimulai jam satu siang. Cuma karena ini kerjasama dengan media lain yaitu Kelompok Tempo Media plus menghadirkan Wapres, jadilah mesti siaga sejak pagi untuk menyiapkan segala sesuatunya di lokasi. Yang jelas, urusan kantor kami adalah untuk keperluan on air. Sementara temen-temen Tempo yang bertugas tetek bengek, mulai dari urusan snack, dekor ruangan sampe ngurusin tetamu. Eh yang terakhir ini juga barengan ding sama kantorku. Dari kantorku, selain aku yang ditugasi jadi moderator teknis atau MC, ada enam temenku lainnya yang ikutan tugas di acara ini. Moderator diskusi sih bagian temen dari Tempo, Mas Wahyu.

Sejak sekitar jam 10 pagi, kami sudah stand by di lokasi. Temen-temen bagian promosi Tempo juga sudah ada disana. Ga brapa lama, Paspampres juga hadir untuk ngecek detil di lokasi dan seantero gedung, termasuk orang-orang yang ada di venue. Standar kalo VVIP ada di lokasi terbuka. Selain Pak Jusuf Kalla, ada juga Rizal Mallarangeng dan Syaiful Mujani yang duduk sebagai narasumber dai kalangan pengamat politik. Tema siang itu soal 'Tiga Tahun SBY-JK'. Rame lah diskusinya.

Diskusi berjalan lancar, sukses, ruangan penuh. Mereka yang hadir adalah mereka yang mendaftar lebih dulu. Sementara yang baru daftar hari itu juga, nunggu dulu sampe ada yang engga dateng, baru deh kursinya dikasi. Ada juga yang udah daftar tapi trus telat, ya ga bisa masuk karena Wapres datang tepat waktu. Aku sendiri dan temenku yang selalu koordinasi dengan moderator, praktis engga bisa kemana-mana. Yah lagian ga mungkin banget kan. Apalagi selama durasi diskusi ini kan seringkali berpindah dari moderator diskusi ke aku sebagai moderator teknis yang berhubungan dengan flow siaran.

Menarik, tambahan pengalaman lagi.

Sampe kantor, ffuuiihh udah lemes banget rasanya. Abis, dari pagi udah stand by di lokasi diskusi. Ndak taunya, pas ngecek imel, malemnya ada undangan pemaparan program 100 hari Fauzi Bowo di sebuah hotel. Karena dilimpahi tugas dari bos, ya sudah, aku ngajak dua temenku untuk nemenin datang ke acara itu. Untung malem itu ga terlalu macet, jadi perjalanan dari kantor ke lokasi tergolong lancar. Pas banget, kami sampe disana, acara belum mulai. Tapi ga nunggu lama-lama karena setelah Gubernur datang, acara langsung dimulai.

Kami ga ikut sampe selese karena sampe jam sembilan malem acara tanya jawab masih jalan. Jadi ya wis, kami niatkan jam sembilan untuk meninggalkan lokasi. Ga lupa, sudah ada beberapa catetan yang kupunya dari tanya jawab sesi sebelumnya dan sudah dijawab. Hhhmm.. malem itu lengang banget. Jadi ngebut naik taksi sampe kantor.

Ah, lelahnya. Tapi juga ah, banyak pengalaman dan hal baru yang kudapet hari itu..