Thursday, November 30, 2006

Asiknya Ngomik


Setidaknya tiga hari terakhir ini, aku kedatangan tamu di program yang kupegang. Teman baru dari komunitas komik. Isi komunitas ini memang mereka yang menekuni dunia komik. Bukan sekedar suka baca komik lo. Tapi bikin komik. Artinya, dari kertas putih kosong, mereka menuangkan ide yang ada di pikiran mereka. Menggambar dan menuliskan cerita dengan runut. Sampe berlembar-lembar halaman. Sampe ending yang mereka mau.

Aha, betapa asiknya membayangkan membuat komik. Sekaligus, betapa rumitnya. Coba, dari kertas kosong, trus mulai deh corat coret. Kalo menuangkan ide di awal-awal sih biasanya masih lancar. Tapi coba kalo tiba-tiba ide serasa brenti. Semangat menggambar dan melanjutkan cerita kan mesti digali lagi supaya ga patah di tengah jalan. Wadaauuww.. Kata temenku ini, banyak kejadian begitu. Membayangkan ide yang tertuang bakal sampe puluhan lembar, nyatanya cuma dalam hitungan jari. Aduh, pasti patah hati kali ya.

Nah, trus apa dong yang bisa bikin semangat tetep hidup? Tetep bisa mengembangkan ide cerita dalam gambar dan runtutan jalan cerita yang mengasikkan? Ternyata apa kata temenku. Resepnya, bagemana dia selalu larut dalam cerita. Jadi dia bisa mengalahkan segala rasa jenuh dan bosen karena dikepalanya selalu terngiang cerita yang bersambung dan bersambung dan bersambuuuung terus. Sampe ketemu ending cerita yang dia mau. Wahh, waaahh.. mesti puas banget tuh kalo selesei seperti tujuan yang dimau.

Ah tapi disisi lain, temenku ini bilang, komik Indonesia sekarang ini dapet tantangan yang luar biasa besar. Karya anak negeri mesti bersaing dengan komik Jepang yang biasa disebut manga, yang merajalela di berbagai toko buku. Pasti pernah liat dong gimana berserakannya manga di toko-toko buku, terutama toko-toko buku besar. Nah karenanya, salah satu untuk menyiasati persaingan dengan manga, temenku ini bilang, sebagian komikus Indonesia memilih jalur bawah tanah untuk distribusi komik-komik mereka. Kerennya, lewat jalur indie. Jadi katanya sih, di distro-distro, di toko-toko buku yang tak terlalu besar, dan beberapa tempat lagi yang memang bukan pasar utama. Fffuuuiiihh.. memang beginikah saingan dengan produk mancanegara?

Ah, jadi teringat sama komik pujaanku. Kungfu Boy.
Loh, sebentar, ini kan..
Haduuhh, manga juga alias komik Jepang juga.
Weleeehh..

Friday, November 24, 2006

Andy dan Marching Band



Namanya Andrew Hollis Dougharty. Tapi lebih dikenal dengan Andy Dougharty. Namanya makin dikenal belakangan setelah rencana pisahnya dengan sang istri, Titi DJ, yang seleb itu. Nah tapi ini bukan trus mau ikutan infotainment lo. Karena ngeliat Andy di berbagai tayangan sekarang ini, jadi inget aktifitas Andy di marching band.

Coba tanyakan pada mereka yang gila marching band soal Andy. Nyaris ga ada yang ga kenal. Apalagi mereka yang berkiprah antara tahun 1990an keatas. Nah, kebetulan daku adalah satu diantara sekian banyak penggila marching band, huehuehue.. Di kampus terutama, kian menjadi. Mulai dari pentas-pentas kampus sampe ikut kejuaraan nasional plus berbagai coaching. Nah, tau Andy juga dari ajang-ajang beginian. Bukan kenal pribadi trus jadi temen akrab. Bukan. Tapi ya karena Andy ini juga dikenal sekali dikalangan marching band karena aktifitasnya sebagai pelatih dan konsultan sejumlah marching band. Plus sering ketemu di ajang-2 marching band, jadilah tau doi.

Pertama sih daku taunya pas ada coaching clinic di hotel Savoy Homann Bandung. Daku diutus sama beberapa temenku untuk hadir mewakili marching band kampus kami. Andy waktu itu jadi presenter untuk kelas brass. Brass ini adalah alat tiup dari logam. Jadi mulai terompet, mellophone, baritone, bass dan sebangsanya masuk dalam kelompok brass. Diajari soal teknik-teknik bermain. Nah, mulai deh tuh tau Andy. Waktu itu, kelas perkusinya disampaikan Rene Conway. Kalo perkusi ini alat musik pukul. Mulai snare drum, trio tom-tom, bass drum, masuk di kelompok ini. Nama yang juga sangat dikenal di kalangan kaum marching band karena aktifitasnya yang senada dengan Andy. Nyaris selalu berpartner. Dan marching band didikan mereka nyaris selalu jadi nomor satu di kejuaraan nasional. Mulai dari MB Pupuk Kaltim, MB Telkom Balikpapan sampe MB yang lainnya. Suka penasaran, apa aja sih resepnya? Bahkan meski sudah sering berbagi di banyak coaching, teuteuuppp aja serasa ada yang beda.

Trus makin sering denger namanya pas kejuaraan Grand Prix Marching Band karena Andy nyaris selalu jadi salah satu juri. Trus juga pas kejuaraan Hamengkubuwono Cup I di Djogdja. Kalo ga salah tahun 1999 lalu. Andy jadi salah satu juri yang didatangkan khusus, bersama partnernya, Rene Conway. Daku sendiri seperti biasa, ngemsi di acara formal maupun pas kejuaraan. Jadi lumayan lah, ada kesempatan buat foto berdua Andy, huehuehue..

Eh namanya terus makin terkenal pas nikah sama Titi DJ. Suatu ketika pas Grand Prix Marching Band XIV (kalo ga salah), Andy juga jadi juri. Di salah satu hari, eh dia datang bersama pasukannya. Ada anak-anaknya. Trus kayanya sih ada Titi DJ-nya juga. Waaaa.. tau ndiri dong kaum marching band. Udah rame, mesti tambah rame lagi, huehuehue..

Dan sekarang, walah, doi lagi jadi sorotan yak.. Jadi kebayang masa-masa Marching Band dulu deh. Manteeebbb..

Tuesday, November 21, 2006

Ecoutez

Pagi-pagi, temen baikku ngasi tau. Katanya ada lagu milik kelompok 'Ecoutez' (baca : ekute) yang bagus banget. Dalam bahasa temenku ini, dahsyat. Untuk menghilangkan penasaran, kudengerinlah lagu yang judulnya 'Percayalah' ini. Dan ternyata.. mmm.. memang bagus. Soal dahsyat, mungkin iya juga. Yang bikin daku terkesima, karena lagu ini seperti sudah akrab di telingaku. Sudah pernah kudenger dan kunikmati. Tapi baru ngeh sekarang kalo yang nyanyi adalah Ecoutez.

Nah sekalian ngobatin rasa penasaranku, kucari-carilah siapa Ecoutez itu. Ternyata oh ternyata, ini adalah kelompok yang dulu pernah digawangi Tompi. Itu lo, penyanyi yang disebut bersuara melengking tinggi. Dokter. Calon ahli bedah plastik. Lagunya yang terkenal, mm.. aduh lupa. Tapi sering sih lagunya diputerin di radio-radio. Nah sekarang dia sudah lepas. Posisinya sebagai vokalis diisi cewek jangkung yang jadi presenter di salah satu tipi. Namanya Delia Putri. Jadi sekarang ini Ecoutez berisikan Ayi, Leo, Iaz dan Jay. Ecoutez sendiri diambil dari bahasa Perancis yang artinya 'dengarkan'.

Nah setelah ngubek-2 data soal Ecoutez ini, ketemu jugalah album dan lagu yang sudah mereka lansir. Salah satu lagu yang terkenal adalah 'Simpan Saja' yang juga sering banget kudenger. Olala.. ternyata oh ternyata. Nah 'Percayalah' ini juga menyatu di album yang sama, album pertama yang diberi titel 'Ekute'.

Nah, mari bernyanyi untuk membuktikan dahsyatnya lagu ini seperti temenku bilang. Bagemana? Tertantang? Ini saya sertakan liriknya..


Percayalah

Seandainya dapat kumelukiskan
Isi hatiku untukmu
Seandainya kaupun harus tahu
Lelah hatiku bila kau jauh

Namun kupendam rasa
Ku hanya ingin kau bahagia
Jalani yang kau pilih
Jangan risaukan aku

Percayalah kasih
Cinta tak harus memiliki
Walau kau dengannya
Namun kuyakin hatimu untukku
Percayalah kasih
Cinta tak harus memiliki
Walau kau coba lupakan aku
Tapi ku kan slalu ada untukmu

Seharusnya kau pun menyadari
Resah hatiku bila kau dengannya
Seharusnya aku pun tak berharap
Miliki dirimu seutuhnya

Namun kupendam rasa
Ku hanya ingin kau bahagia
Jalani yang kau pilih
Jangan risaukan aku

Monday, November 20, 2006

Batuk Flu Pilek

Tiga serangkai ini sedang menderaku. Uuuugghhh.. sampe pusing kepalaku karena batuk-2 ini. Siaran ga konsen karena mesti ngirit-ngirit suara biar ga memicu sang batuk. Tidur juga susah karena malam hari, cuaca dingin lebih memicu batuk datang. Aduh.. Belum lagi hidung meler. Udah sering dibersihin (hiiiyyy jorok yak..) tapi tetep aja masih beringus. Bersin? Aahhh.. ini memang mulai mending belakangan. Tapi 'serangan' bersin ini juga cukup menggelitik hidungku. Uuuffhhhh....

Makanya sekarang ini bekal untuk ngantor tambah satu lagi ; handuk kecil. Bukan apa-apa. Tapi batukku ini sering keluar dengan kekuatan besar. Jadi mesti ditutup biar virusnya ga nyebar jauh-jauh. Kasian sekitarku. Belum lagi mbersihin hidung. Jadi biarpun flu dan pilek plus batuk, wajah bisa tetep segar ceria. Aaahh.. siang tadi susah sekali rasanya mengeluarkan wajah ceria nan sumringah di tengah batuk dan pilekku. Mau tidur bentar, ga nyaman karena kepala pusing. Mau dipijit, halah, tukang pijitnya banyak alesan. Selain itu sibuk banget. Jadi ya sudah, digeber habis-habisan sama makan, minum air putih banyak-banyak, sampe senyum-senyum demi menghilangkan stress dan penat. Denger-denger sih, orang ceria jarang kena flu. Waaakkss.. Masa sih? Iya, suatu ketika kubaca artikel soal ini. Coba, ntar kalo ketemu artikelnya kuselipkan disini deh.

Huhuhuhuuu.. rasanya ga sabar lagi untuk mnggeber batukku dengan obat batuk idolaku, nelco special obh. Huehuehuehue.. Tentu bukan bermaksut promosi. Tapi ini yang biasa kuminum kalo batuk dan pilek plus flu. Biar engga lagi gatel tenggorokanku.

Wednesday, November 15, 2006

Peduli Diabetes

Ini bukan judul komersil. Tapi ada sebuah artikel menarik soal diabetes, bikin inget. Di keluargaku, ibuku punya diabetes. Ketauannya sejak sekitar tahun 1999, waktu babe masih tugas di Padang. Sampe sekarang, gula darah mommy masih sering naik turun. Tapi akhir-2 ini kayanya udah mulai stabil karena Mommy rajin konsumsi obat. Sekarang sih selain obat oral, ada juga insulin yang dimasukkan lewat suntik. Sampe mommy udah apal banget dan ga takut sama yang namanya jarum suntik. Soalnya proses suntik ini dilakukan sendiri. Suka ngeri liatnya. Tapi memang itu obatnya sih ya. Awal-awal pake metode ini diajari dulu sama dokter. Sekarang mah udah sendiri.

Diabetes juga yang membuatku dulu pas awal kehamilan, diminta dokter kandunganku untuk periksa. Supaya tau apakah diabetes ibuku nurun juga ke aku. Soalnya diabetes ini memang nurun sih. Tapi Alhamdulillah waktu itu periksa, hasilnya negatif. Begitu juga pas udah mau deket masa melahirkan, DSOGku minta lagi untuk cek ulang. Dan Alhamdulillah hasilnya juga tetep negatif. Memang kalo ada ibu hamil yang diabetes, perlakuannya mesti beda. Artinya, dokter mesti punya catatan sendiri.

Nah, ini ada artikel menarik yang aku ambil dari situsnya Kompas edisi hari ini soal diabetes. Dengan beberapa editan tentu. Untuk dibaca-baca. Semoga berguna. Dan selalu mengingatkan kita untuk tetap menjaga hidup sehat. Selamat menikmati.


Mengapa Kita Harus Peduli Diabetes?

Sampai saat ini masih banyak orang yang mengganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal, setiap orang mungkin menjadi pasien diabetes, tua ataupun muda, termasuk Anda.

Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah diabetes melitus (DM). Pada tahun 2006 ini diperkirakan terdapat 14 juta orang dengan diabetes, tetapi baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur.

Diabetes (kencing manis) adalah penyakit di mana tubuh penderitanya tidak bisa mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Jadi penderita mengalami gangguan metabolisme dari distribusi gula oleh tubuh sehingga tubuh tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tidak mampu menggunakan insulin secara efektif. Akibatnya, terjadi kelebihan gula di dalam darah sehingga menjadi racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan dalam darah tersebut melimpah ke sistem urine.

Diabetes adalah penyebab utama kebutaan, amputasi, kanker pankreas, stroke, serangan jantung dan ginjal. Bahkan DM membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV/AIDS.

Celakanya, menurut Prof.Dr.Sidartawan Soegondo, dr,SpPD,KEMD dari Pusat Diabetes Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, diabetes tidak punya gejala fisik khusus, sehingga penderita tidak menyadari datangnya penyakit ini. Biasanya yang dikeluhkan hanya rasa lelah. Jika pasien berobat, dokter jarang yang langsung mengukur gula darahnya.

Gejala lain yang timbul pada penderita antara lain penglihatan kabur hingga mengakibatkan kebutaan, luka yang lama sembuh, kaki terasa kebas, geli atau merasa terbakar, infeksi jamur pada saluran reproduksi perempuan, dan impotensi pada pria.

Jumlah penderita diabetes di daerah perkotaan di Indonesia pada tahun 2003 adalah 8,2 juta orang, sedangkan di daerah pedesaan 5,5 juta orang. Diperkirakan, 1 dari 8 orang di Jakarta mengidap diabetes. Tingginya jumlah penderita di daerah perkotaan, antara lain disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakatnya.

Mereka yang memiliki risiko tinggi terkena diabetes adalah yang memiliki riwayat keluarga mengidap diabetes, memasuki usia di atas 40 tahun, kegemukan, tekanan darah tinggi, selain tentu saja pola makan yang salah. Jika termasuk dalam satu atau dua dari faktor risiko tersebut, paling tidak lakukan tes gula darah setahun sekali.

Karena diabetes sulit disembuhkan sepenuhnya, sudah saatnya kita melakukan tindakan pencegahan, antara lain tidak makan berlebihan, menjaga berat badan, dan rutin melakukan aktivitas fisik.

Bagi penderita DM, lakukan konsultasi secara berkala dengan dokter, selain itu dituntut sikap disiplin dan kepatuhan dalam mengonsumsi obat maupun suntik insulin agar tidak terjadi komplikasi penyakit.

Olahraga juga dapat secara efektif mengontrol diabetes, antara lain dengan melakukan senam khusus diabetes, berjalan kaki, bersepeda, dan berenang. Diet dipadu dengan olahraga merupakan cara efektif mengurangi berat badan, menurunkan kadar gula darah, dan mengurangi stres.

Latihan yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah, kolesterol, dan risiko terkena serangan jantung, serta memacu pengaktifan produksi insulin dan membuatnya bekerja lebih efisien.

Tuesday, November 14, 2006

Mudik #5 ; Rumba, Mangga, Ikan Bakar, Jakarta

Ga afdol rasanya kalo ke Indramayu engga makan rumba. Ini makanan kaya pecel. Cuma bumbunya bumbu kacang yang ada rasa asem dan kecutnya. Sayurannya mulai kangkung, kacang panjang, sampe kembang turi kalo ga salah namanya. Bumbunya itu yang bikin ketagihan, hehehe.. Diulek biasa, diciprat dengan air asem. Kayanya ada juga cukanya. Makannya pake daun dan krupuk pasar. Waaahh nyam nyam.. Apalagi di Indramayu ini, tukang jual rumbanya ada di depan rumah. Haduuuhh.. pasti godaan banget kalo sampe ga makan. Saking tergodanya, bahkan sodara-sodaraku itu kadang baru brenti kalo perut udah berasa panas dan ga nahan untuk ke belakang, huehuehue.. Tapi disitulah asiknya.

Lain rumba, lain pula mangga. Ini sih di Indramayu jadi salah satu yang khas. Bahkan nyaris tiap rumah disana punya pohon mangga. Termasuk di rumah embah. Sekarang sih ga terlalu banyak pohonnya. Tapi masih tetep berbuah. Nah, salah satu yang jadi sasaran ya rumah Budhe Ijah, kakaknya ibu. Pohonnya manteb-manteb, buahnya woowww.. apalagi. Bahkan di Indramayu ini sudah umum kalo pohon-2 yang ada di rumah warga ini dibeli buahnya. Tapi belinya sudah di awal masa pohon berbuah. Jadi ada semacam kontrak yang dibuat. Kalo nanti buah mateng, maka akan dibeli dengan harga tertentu. Banyaknya? Ya tergantung kesepakatan. Wiiiiyyy, asiiikk..

Di rumah Budhe sih ga perlu minta, pasti udah dikasi jatah, huehuehue.. Jadi tinggal menikmati aja. Kebetulan Lebaran kemaren, musim mangga juga. Jadi penuhlah kantong-2 plastik berisi mangga diangkut menuju Jakarta. Menggoda untuk segera dicicipi.

Menuju Jakarta sudah lewat tengah hari, kami sempat menerima kabar duka kalo ibunya babe yang lain -ayahnya babe punya dua istri- meninggal di Kudus. Saat di Kudus, kami sempat ke rumahnya. Embah putri waktu itu tergolek karena sakit. Babe merancang rencana untuk ke Kudus begitu sampe Jakarta. Sampe pesen-pesen tiket online juga. Dapet. Tapi belakangan babe ga jadi berangkat karena ketika sampe di Jakarta, dikabari pemakaman akan berlangsung pagi. Karena diitung-itung ga akan sampe di jam yang dijadwalkan, jadi batallah babe ke Kudus. Ucapan belasungkawa disampekan ke Pakdhe Fuad, putranya Embah Putri itu yang tiba di Kudus malam hari dari Jakarta.

Rombongan kami sempat bertemu dengan penuhnya lalu lintas yang juga mengikuti arus balik. Tapi lumayan lah, ga terlalu macet-2 amat. Meski ga seperti masa normal, tapi waktu yang sekitar lima jam kami tempuh, masih wajar lah. Diseling makan ikan bakar di rumah makan Babe Pantura (hehehehe.. kok jadi krisis identitas gini sih), yang sayangnya servisnya ga terlalu sigap dan ruangan ga terlalu bersih, kami menghirup udara Jakarta -tepatnya udara Cipinang Kebembem- sekitar jam 19.30.

Alhamdulillah. Tapi ketemu lagi dengan Jakarta berarti siap-siap ketemu lagi dengan kemacetan, dengan rutinitas Jakarta yang tiap hari sudah menunggu. Kerja, kerja, kerjaaaaa....

Mudik #4 ; Melepas Kangen dengan Pantura

Jalan-jalan itu dulu sangat kukenal. Karena nyaris tiap tahun mesti kulewati. Dalam rangka musim mudik dan balik juga. Jaman beberapa tahun lalu, saat masih ting ting, huehuehue.. Konon kabarnya sampe tergabung dalam ISPA (Ikatan Sopir Pantura Asli), hihihihihi..

Tahun ini, kesekian kalinya melewati jalur Pantura. Dari Kudus, lewat Semarang, trus langsung masuk tol menuju luar kota. Tau-tau udah di daerah Kendal. Terus menyusuri jalan-2 itu. Melewati kota-kota yang juga sangat kukenal. Bahkan hingga alas roban yang sangat kondiang. Kendal, Batang, Pemalang, Pekalongan kami susuri. Jalanannya ga begitu beda dari masa-masa dulu. Lebar, lapang. Kami tidak menemui banyak kemacetan di jalanan. Hanya sesekali jalanan penuh tapi itu juga ga sampe brenti lama-2. Sempet mampir makan di Pringsewu ato apa gitu namanya di daerah Pekalongan.

Indramayu kami masuki sekitar jam 9 malam. Saat lewat di Balongan -ini perusahaan di bawah Pertamina yang melayani wilayah Indramayu dan sekitarnya- indah banget pemandangannya. Lampu-2nya mencorong banget, menerangi malam dan bangunan-2 tinggi di kompleks Balongan, juga wilayah sekitar yang terhitung tak terlalu terang. Ate bahkan sempet memfotonya. Pasti indah banget. Sejak dari Pekalongan, Tegal, Brebes, Cirebon, jalan teruuusss.. Tapi di Indramayu udah ga sempet lagi mampir ke bubur ayamnya Mang Udin di depan kantor Pegadaian. Setelah ketemu sodara-2 di rumah Embah, kami bertiga -daku, ayahnya Faza dan Faza- berkemas menuju hotel. Bukan apa-2. Cuma Indramayu lagi panas-2nya. Nyamuknya manteb-2, hehehe.. Kasian Faza (baca ; ayahnya juga ding) kalo ga bisa tidur.

Ffffuuiiihhh.. Lelah perjalanan membuat kami cepat terlelap. Besok segera lanjut ke Jakarta. Nambah rame arus balik.

Mudik #3 ; Ketemu Keluarga Besar

Hari berikutnya, Rabu, 25 Oktober 2006 adalah hari dimana pertemuan keluarga besar berlangsung. Ini adalah pertemuan dari trah ayahnya Embah Putri. Jadi buyutku lah. Judul acaranya kalo ga salah, halal bi halal keluarga besar H Edris. Ini nama ayahnya Embah Putri itu tadi. Lokasi acaranya di rumah Budhe Fat, sebuah desa yang masih asri, masih banyak ijo-2nya, padi-2nya dan sawah-2. Makanya itu Akung memang sudah diminta jauh-2 hari untuk bisa datang ke Kudus. Ya dalam rangka ini. Apalagi keluarga besar kami sudah lama ga berlebaran di Kudus kan? Jadi sekalian deh momen ini dijadikan ajang mudik kami.

Pagi-pagi sekali sambil siap-siap, aku dan Ate Yuli muter-2 kota Pati, nyari nasi gandul buat sarapan. Ini nasi khas Pati. Kalo makan di tempat, nasinya ditaro di daun beralas piring. Diguyur kuah apa ya.. semacam gulai lah. Trus tinggal pilih lauknya. Mau daging, mau empal atau kikil. Nanti si penjual akan dengan cekatan menggunting lauk yang kita mau. Gunting? Iya, pake gunting. Di Pati, di Kudus, warung-2 itu biasanya make gunting untuk motong-2 makanan. Guntingnya model gunting jahit jaman lama itu. Yang pantatnya gemuk, huehuehue..

Sampai di rumah Budhe, meski sudah rada siang, tamu masih sedikit. Acara ini juga kian menahbiskan sidejobku sebagai MC, huehuehue.. Jadi ya sudahlah, Faza sama Uti dan Atenya, sesekali juga ditanggap sodara lain, sementara ayahnya juga sama sepupu-2 yang lain, sementara daku mesti berdiri di depan para tamu. Mmmm.. kalo datang semua sih mestinya 500 lebih. Tapi kayanya sih ga dateng semuanya. Tapi itu juga sudah ramenyaaaaa, hmmmm.. luar biasa. Bahkan kami juga sudah punya apa tuh.. mmm.. semacam pohon keturunan itu. Aduh apa sih namanya sampe lupa. Jadi disana jelas ditulis, urut-2an dari trah yang paling atas. Sampe ke bawah-bawahnya. Bahkan semua catatan nama juga ada lo. Nama Faza sendiri juga sudah masuk didaftar itu. Yang jelas, setiap ada perubahan akan dilaunch saat pertemuan keluarga besar seperti ini, yang rutin diadakan hari kedua atau ketiga Lebaran.

Sesi door prize jadi rebutan anak-2. Dari mulai menjawab urut-2an nama keluarga sampe tebakan lain. Ada juga door prize untuk mereka yang mau joget. Nah, inilah ajang Faza untuk menunjukkan eksistensinya sebagai penyuka joget, huehuehue.. Dengan gagah berani, kubawa Faza ke depan. Aku menyanyi dan Faza berjoget. Lagunya, SMS dong, yang sangat dikenal Faza dan jadi salah satu lagu favoritnya, selain lagu-2nya Om Ayiel (baca : Peterpan), huehuehue.. Dapet deh satu kado door prize..

Malam hari kami meneruskan penjelajahan ke Kudus. Mampir ke Budhe Tun, kakak tertua babe. Trus nyari makan malem. Sasarannya adalah soto kudus Pak Achwan. Ini salah satu yang melegenda karena sudah lama banget jualannya. Pas persis kami sampe, persediaan tinggal untuk rombongan kami. Jadilah pesenan ditambah dengan sate kerbau. Waaaa.. untuk mereka yang baru kenal dengan sate kerbau, mungkin rada takjub. Tapi sate kerbau ini ciri khasnya satu ; manis. Ayahnya Faza kalo sama yang terlalu manis kan suka enek tuh. Jadi sate kerbau yang terlalu manis pun tak begitu diidolakan. Dagingnya sih oke. Tapi bumbunya sih yah yang memang sengaja dibuat manis.

Kami juga mampir ke Menara Kudus, satu diantara bangunan bersejarah yang cukup melegenda. Bahkan boleh dibilang ajaib. Ini karena Menara Kudus dibangun menggunakan batu bata tanpa semen !! Subhanallah.. Takjub melihat dan memegangnya. Meski sudah berulang kali ke Kudus, masuk Menara Kudus ya baru kali ini. Karenanya dimanfaatkan sekali untuk berfoto ria. Di depan Menara Kudus, sekalian mejeng di becak yang lagi nangkring di halaman Menara. Ayahnya Faza juga ga mau ketinggalan. Ngayuh becak di depan Menara Kudus.

Malamnya, mesti siap-2 buat perjalanan berikutnya. Besok, kami akan meninggalkan Kudus menuju Indramayu, sebelum berlanjut ke Jakarta.

Thursday, November 09, 2006

Mudik #2 ; Kudus, Here We Come

Pas banget turun dari pesawat, rombongan Uti dan Akungnya Faza sampai dari Djogdja. Ada ate Yuli, om Ari, om Ardi dan Mala. Agak lama perjalanannya karena katanya salah satu mobil rewel. Ufffhhh.. Begitu ketemu, Faza tetap dengan lincahnya kesana kemari, mengitari bandara Ahmad Yani. Perjalanan menuju Kudus dimulai dari bengkel, saat mobil yang rewel, selesai diperbaiki.

Jalanan termasuk lancar. Tiba di Kudus, kami mampir dulu ke rumah embah putri alias buyutnya Faza. Rumah ini sudah lama engga ditinggali karena Embah lebih sering tinggal di rumah Budhe, sekitar setengah jam perjalanan dari rumah embah. Rumah Embah ini rumah lama, jaman Belanda. Tiang-tiangnya masih asli. Bahkan pintu tiga deret juga masih seperti aslinya. Pas disana, rombongan Paklik (adiknya Akung) sudah tiba. Jadi Faza ketemu sama Tante, Om dan Uti plus Akungnya yang lain.

Beranjak ke rumah Budhe untuk ketemu Embah, kami mampir dulu makan malam. Tempatnya, hmmm.. salah satu lokasi favorit kalo kami ke Kudus. Namanya 'lontong tahu telor' alias 'lontong setan'. Huehuehue.. Entah kenapa julukanya bisa begitu rupa. Mungkin karena jumlah lontongnya yang banyak. Atau mungkin karena abis makan itu jadi kuenyaaaang bangeeettt.. Lokasi favorit kami ini penjualnya masih terhitung temen Akung. Jadi Akung juga sekalian nostalgia. Lama ga ke Kudus, ngeliat si penjual, kok kaya tambah tua ya. Ah jelas saja dong. Terakhir ke Kudus kan sebelum menikah. Sekarang sudah ada Faza. Tapi tetep aja si penjual ini dengan lincahnya mengulek kacang, menuang bumbu dan mengiris-iris lontong dan isi lainnya dengan gaya yang nyaris ga berbeda dengan masa dulu. Juga masih sambil sesekali nyeka keringat di tengah prosesi ngulek bumbu.

Setelah kenyang, perjalanan ke rumah Budhe pun berlanjut. Jalanan sepanjang itu tak banyak berubah. Tak sabar juga rasanya ketemu Embah Putri.

Begitu sampe di rumah Budhe, waaaa.. serunya. Ketemu sepupu-sepupuku. Ketemu Embah Putri tentu saja yang penting. Kupeluk Embah cukup lama. Kuingatkan kembali Embah putri sama ayahnya Faza. Ah embah masih inget dong. Tapi waktu Faza mau kudekatkan ke Embah, Faza meronta dan nangis. "Takut..", katanya. Ah, ini memang pertama kali Faza ketemu Embah Putri saat ia beranjak gede. Dulu, Embah Putri nengokin pas Faza umur dua mingguan deh kalo ga salah. Jadi Faza mesti baru mengenal buyutnya saat sekarang ini. Nah daripada ngambek-ngambek mulu, jadilah akhirnya Faza ditanggap untuk joget. Ah tau sendiri, Faza sih awalnya memang malu-malu. Tapi begitu merasa aman dengan lingkungan sekitarnya, pasti ga akan nolak. Huehuehue....

Proses mengenalkan lumayan juga. Sampai malam itu kami pamit menuju tempat menginap, Faza masih belum mau salam sama buyutnya. Tapi lumayanlah, dia sudah mengenal wajah buyutnya. Jadi besok kalo datang, ga terlalu sulit untuk 'memaksanya' berani deket sama buyutnya, huehuehue..

Ffffuuiiihh.. Kudus, here we come..

Mudik #1 ; Tante Cantik dan Uje di Udara


Ini adalah nukilan cerita sepanjang masa mudik saat Lebaran lalu. Sudah agak lama memang. Biasa lah, baru sempet nulisnya sekarang. Biarpun sudah lewat, tapi memori itu tetap menyenangkan lah..

Selasa, 24 Oktober 2006. Ahhh senangnya. Idul Fitri datang. Hari ini pagi-pagi sekali sudah bangun. Kami ada di rumah nenek Faza di Pasar Minggu. Semua beberes untuk bersiap sholat Ied di masjid deket rumah. Faza juga ikutan bangun pagi. Karena pas ga sholat (huhuhuuuu.. sedihnya..), jadilah bersama Faza dan bunda Ade menyiapkan meja makan setelah semuanya berangkat ke masjid.

Proses beberes ini juga dibarengi dengan beberes untuk berangkat mudik. Ya, siangnya kami akan terbang ke Semarang untuk kemudian menuju ke Kudus, tempat buyutnya Faza. Ah, persiapan jadi serasa serba cepat. Selesai sungkeman dan memohon maaf, juga tentu saja makan-makan bersama, kami segera bersiap. Bunda Kiki mengantar kami hingga bandara.

Eh pas check ini, ketemu Uje alias ustad Jeffry. Satu pesawat ternyata dengan Uje yang akan menyusul keluarganya yang sudah lebih dulu berada di Semarang untuk berlebaran. Meski harus rela karena didelay beberapa saat, akhirnya Batavia Air tujuan Semarang terbang juga. Agak khawatir juga pas take off. Bukan apa-apa, tapi mikirin Faza karena ini pengalaman pertamanya naik pesawat. Takut kupingnya jadi berdengung, takut Faza rewel saat posisi pesawat menjulang keatas. Makanya itu selama take off, selalu kuajak cerita supaya mulutnya tetap ternganga dan tidak terkatup. Katanya ini cara yang paling efektuf untuk menghindari kuping berdengung saat posisi pesawat menaik. Ah kekhawatiranku tak berasalan. Faza tetap dengan senang gembira menikmati pengalaman pertamanya ini.

Ketika boks makanan kecil mulai dibagikan, Faza rupayanya tertarik dengan aktifitas para pramugari. Kebetulan trolly mereka berhenti di lorong deretan kursi kami, jadilah Faza bisa dengan leluasa melihat para pramugari ini membagi-bagikan boks kepada para penumpang. Rupanya salah satu mba pramu (hehehe.. untuk lebih singkat menyebutnya) menarik perhatian Faza. Sampai kemudian mba pramu selesai menjalankan tugasnya, Faza masih mencarinya. Sampai berdiri di kursi demi melihat mba pramu. Kata Faza,"Tante cantik mana?". Huehuehue.. Eh mba pramunya tau juga kalo dikecengin Faza. Sampai akhirnya turun, Faza dengan bebas bisa melihat si mba pramu melambaikan tangan sambil berkata pada Faza,"Ihhh.. kamu ramah banget ya..". Hehehehe.. Mau jadi pramugari, Za?

Turun dari tangga pesawat, foto dulu sama ustad Jeffry, huehuehue..
"Cheeseeee....", teriak Faza.

Uuuffhh, Semarang panas banget boww..

Friday, November 03, 2006

Balada Kerja dan si Mba

Huhuhuuuu.. akhirnya cuti Lebaran berakhir. Masa mudik sudah lewat. Saatnya bekerja lagi. Biasa, masih suka kebawa dengan hawa liburan, huehuehue.. Tapi tak ada gunanya kan bermuram durja, berkeluh kesah. Masa kerja harus dihadapi lagi.

Kadang masih suka terpengaruh sama beberapa temen yang baru sekarang ambil cuti. Wah mesti enak ya. Kebayang juga saat ambil cuti kemaren. Pas masa-masa mudik. Melewati jalanan di pantura yang sudah sekitar dua tahun terakhir tidak dilewati. Eh ternyata ga banyak berubah lo. Yang kelihatan berbeda tentu saja beberapa titik yang sedang dilebarkan jalannya. Tapi Alhamdulillah rombongan kami tak menemui banyak titik kemacetan. Atau barangkali memang belum masuk masanya ya. Kepadatan cuma di beberapa titik saja. Jadi lama perjalanan masih masuk dalam batas wajar lah.

Gimana serunya perjalanan mudik dan saat berkumpul dengan keluarga besar, nanti saya tulis di edisi tersendiri ya. Hehehe.. banyak banget soalnya.

Yang jelas, masa pasca mudik ini juga bikin agak senewen. Gimana engga? Mba-mbanya Faza ga ada yang balik lagi ke Jakarta bow. Pusing, senewen, kepikiran deh. Tadinya cuma satu aja yang pamit ga akan balik lagi. Abis ditinggal nikah sama tunangannya jadi mau istirahat dulu katanya. Walahh.. Eh pasca mudik, saat-saat menunggu kepulangan si Mba yang lain, ga taunya dapet kabar, juga ga balik lagi. Katanya sih karena ga boleh sama ibunya. Aduh..

Jadi sekarang ini, kerja sambil nyari-nyari orang yang siap kerja di Jakarta. Mikirnya sih ke Faza. Karena itu, paling ga ada syarat bahwa calon Mba paling ga pernah kerja. Akan lebih enak lagi kalo pernah juga kerja sambil njagain anak-anak. Susah-susah gampang memang. Karena ternyata yang nemuin kasus begini ga cuma saya. Banyak juga temen-temen yang kelimpungan karena si Mba ga balik. Ah, dimanapun, yang namanya si Mba memang fenomenal.

Semoga sih dalam waktu dekat ini ketemu deh sama si Mba yang cucok. Apa boleh buat, selama masa penantian ini, bersama Faza, mesti kos dulu di rumah ibu. Sementara ayahnya Faza jaga rumah. Tapi ya.. pasti ga enak lah kalo dirumah ibu terus-terusan. Lagipula, sayang rumah kalo lama ga ditengok-tengok. Bagemanapun, Bojongkulur ngangenin, meski jalannya masih banyak yang tak rata, huehuehue..