Monday, April 30, 2007

Packing

Hari ini adalah hari beberes karena besok jadwalku pulang ke Jakarta. Yuhuuuu.. Setelah berkelana di rimba orang, mengalahkah rasa jengah karena kalo jalan, pasti diliatin orang mulu, juga melatih mental jauh dari orang-orang tersayang. Hari Minggu kemaren, aku telpon Faza. Waktu itu lagi ada di rumah Nenek. Uuugghh.. tambah kangen aja rasanya. Sore tadi ayahnya SMS, katanya Faza udah bisa nari Batak dan suka banget mamerin ke Akungnya. Waaa.. makinan pingin aja nih segera ketemu Faza. Hhhhh.. kalo jadi tentara, kali mesti lebih lama lagi deh tugasnya, hikhikhik.. Sok-sokan banget yeeh..

Tadi pagi aku ke pasar Ben Thanh mbeliin pesenan Bunda Ade. Ih Bunda ini, masa pesen di kala udah mepet siiyy. Tapi demi kakak ipar, tenang aja, ai tetep jalan, hihihi.. Setelahnya, mberesin hasil wawancara alias translate hasil wawancara dari bahasa Vietnam ke Inggris. Tentu saja engga sendiri tapi kali ini dibantu sama manajer hotel tempatku nginep. Hihihii.. makasi lo pak manajer.

Selanjutnya, daku nyicil ngirim tulisan feature ke imel kantorku. Yah, jadi engga susah payah jikalau nanti tiba dan harus segera menyelesaikan feature. Jadi maunya sih tinggal finishing touch setiba di kampung halaman nanti. Ffuuiihh.. tapi namanya nyusun feature tetep aja butuh mood ya *hihi ngeles*. Jadi ya sejak semalem, setidaknya sudah mulai dicicil apa aja yang mau diceritakan di feature nanti. Cuma ya memang belum jadi utuh.

Malem nanti masih perlu mberesin yang kecil-kecil untuk dipacking. Mau ga mau, bawaan pasti lebih banyak daripada waktu datang dulu. Huhuhuuu.. dimana-mana kalee.. Temen-temenku peserta workshop kemaren juga sampe ada yang mesti beli koper kecil disini demi naro barang-barang belanjaan termasuk materi selama workshop. Huehehe.. soal belanja belanji sih biar acara apa juga tetep aja nyelip.

Hhhmm.. apa lagi yak yang belum beres. Sejak sekarang udah nyetel alarm buat besok pagi. Trus menyisakan tempat di tas-tas yang mau dibawa, untuk naro barang kecil-kecil yang baru bisa diberesin besok. Semacem alat mandi, mukena dan baju-baju kotor. SMS juga diirit-irit nih karena sekali ngirim, biayanya 4000 perak.

Mudah-mudahan semuanya lancar, aman dan slamet. Amiieenn..

Temen Baru

Hari Minggu kemarin, aku liputan lagi ke Istana Kebebasan atau bisa juga disebut Istana Persatuan. Hari sebelumnya aku juga datang kesini, sendirian. Nah, hari Minggu itu aku berharap bisa ketemu dengan sejumlah orang yang bisa berbahasa Inggris dan bisa kuinterview. Huhuuuuu.. Diep yang membantuku sebagai translater pulang kampung soalnya. Jadilah kerja dengan Diep cuma sehari di hari Jumat.

Oke, gapapa deh kalo memang harus sendiri. Lagipula datang ke Istana ini bukan yang pertama kalinya. Pertama waktu sama temen-temen peserta workshop, kedua hari Sabtu lalu dan hari Minggu itu berarti sudah yang ketiga kalinya. Jadi waktu sampe disana, aku lagi orientasi untuk wawancara dengan orang-orang yang hari itu sungguh membludak berpiknik ke Istana, mendekatlah soreng cowok. Mengajakku bicara dalam bahasa Inggris yang terbatas. Ternyata seorang mahasiswa, namanya Thai San. Hhhmm.. kebetulan. Jadi meski diseling dengan bahasa isyarat, setelah berkenalan sana sini, akhirnya diapun menjadi sasaran pertama wawancaraku. Ini soal Reunification Day yang diperingati setiap 30 April. Selanjutnya dia menemaniku wawancara. Lumayan, bisa menerjemahkan sedikit pertanyaanku dalam bahasa Vietnam. Berikutnya bertemu dengan seorang pelajar SMP namanya Phat. Tapi lumayanlah, bahasa Inggrisnya bolehlah untuk ukuran usia segitu. Trus ketemu mahasiswa juga, namanya Tram dai Nhut. Selanjutnya ketemu dengan Pam Chang, mahasiswi ekonomi. Aku ketemu Chang saat dia memperhatikanku wawancara. Chang juga menawarkan diri untuk menemaniku mencari target lain untuk kuwawancara seputar tema yang kubuat. Hhhhmm.. terima kasih banyak lo temen-temen baruku.

Mestinya dalam rangka liputan untuk feature ini, aku dibantu sama Diep, temen Vietnam yang juga salah satu peserta workshop. Maunya adalah sebagai translater karena disini memang ga terlalu banyak yang bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Nah sebelum jalan dengan Diep, aku sempet interview beberapa orang yang memang bisa bahasa Inggris, setidaknya ngerti maksut pertanyaanku. Widdiiyy.. kebayang susahnya dunk kalo ternyata ga mudeng dengan pertanyaanku kan? Hihihihi..

Nah dengan Diep dimulai Jumat lalu. Menelusuri sejumlah ruas jalan di HCMC untuk memperoleh wawancara. Temanya soal jumlah motor yang luar biasa banyak. Wiihh kalo dibandingin sama Jakarta sih, kalah deh.. Dengan jumlah penduduk yang nyaris sama dengan Jakarta, jumlah motor di HCMC ini hampir sepertiga jumlah penduduk. Udah gitu, jalan disini di tiap jalurnya cuma punya satu lajur. Cuba tuh kebayang gimana seseknya jalanan di seantero HCMC. Apalagi kalo pas jam berangkat atau pulang kerja, sejumlah jalan dari ujung ke ujung yang nampak cuma motor dan motor dan motooorrr aja..

Mestinya juga ada satu atau dua lagi yang aku kejar buat featureku. Tapi apa daya, saat menjelang pulang ke hotel, Diep memberitahuku kalo dia mau pulang ke kampungnya. Jaraknya sekitar 7 jam perjalanan. Weleehh.. itu mah udah diluar HCMC. Yah sudahlah, jadilah daku melanglang sendiri dan ketemulah dengan temen-temen baru yang membantuku. Trima kasih banyak lo.. Salam damai dari Indonesia. Peace, huehehehe..

Thursday, April 26, 2007

Berpisah

Satu per satu hari ini peserta mulai pulang setelah kemarin sore berlangsung upacara penutupan di Radio and Television College 2, tempat kami kursus selama ini. MCnya ditangani langsung Marcel dari AIBD. Sementara sambutan dari peserta diwakili Monzur dari Bangladesh. Dalam sambutannya, ia menyebut Marcel sebagai big brother, sebagian mungkin menganggapnya sebagai bapak, huehehe.. Apa bole buat, karena selama ini, AIBD selaku panitia penyelenggara memberikan Marcel untuk jadi semacam LO bagi seluruh peserta. Jadi yah kalo butuh sesuatu, perlu apa-apa, tinggal ke Marcel deh. Apalagi karena berasal dari Malaysia, jadi kalo ada hal yang ga ingin ditau orang lain, maka mengalirlah bahasa Melayu diantara kami, hihihi..

Fffuuiihh.. kloter pertama, Bang Ahmad dari Brunei yang meninggalkam hotel sekitar jam 7. Berikutnya, rombongan Kak Aida dari Timor Leste, Mohan dari Nepal dan Jet dari Hongkong. Trus selanjutnya, giliran Mam Soviry dan Danilo dari Kamboja. Ah, mereka sekarang udah bisa leyeh-leyeh di rumah mereka kali. Abis, katanya dari sini, cuma sekitar 30 menit dengan pesawat. Sementara yang lain, banyak yang mesti transit, bahkan sampe nginep segala, sebelum lanjut ke negara masing-masing. Trus menjelang tengah hari tadi, jadwalnya Kiengkeo dari Laos yang check out dari hotel. Selalu saja ada perasaan ga enak yang muncul karena mesti pisah dengan temen-temen. Padahal kami bersama cuma 10 atau 11 hari. Masa yang membuat kami sedikit tahu dan banyak tahu tentang masing-masing peserta. Hukhukhuk..

Tinggallah sekarang aku, Mam Nayyar dan Monzur. Mister Bangla akan check out sore nanti karena pesawatnya malem. Sementara Mam Nayyar ke Pakistan besok pagi. Dan setelahnya, daku deh sendirian. Pagi tadi, kami bertiga ke pasar Ben Thanh. Hari ini, Ho Chi Minh City dan seantero Vietnam sedang libur nasional dalam rangka peringatan ulangtahun raja pertama mereka. Tapi, biar libur juga, jalanan tetep rame. Selepas Zuhur kami pulang ke hotel. Jadi masih ketemu Marcel sebelum check out dan terbang ke Malaysia. Tak lupa Marcel pesen supaya daku 'extra carefull'. Ia bilang sudah menyampaikan soal masa tinggalku yang masih beberapa hari lagi ke Direktur College. Jadi sekiranya butuh bantuan, Marcel memintaku menghubungi Bu Direktur. Thanks, Kak Marcel.

Jadi saatnya menyiapkan diri untuk segera membereskan pekerjaan yang masih tertinggal. Liputan bareng Diep -temen Vietnam yang akan jadi translater- akan dimulai besok. Tapi malam ini rasanya sudah bisa kumulai dulu. Apalagi besok, tinggal daku nih peserta yang tersisa di hotel. Uuuffhh..

Monday, April 23, 2007

Telpon dari Faza

Semalem Faza telpon. Ayahnya tepatnya. Nelponnya dari rumah Uti di Cipinang setelah sehari sebelumnya nginep di rumah Nenek di Pasar Minggu. Kirain ayahnya Faza telpon dari wartel. Eh ga taunya, kata ayahnya, "Mau bicara sama Faza engga?". Hah?? Faza?? Jelas aja mau. Biar engga ditawarin juga pasti mau banget duoongg.. Dan ga lama, terdengarlah suara yang kutunggu-tunggu..

"Maa.. buku Mama ni ketinggalan..".
"Kok ketinggalan, Kak. Kakak Faza sedang apa?". Dan mengalirlah semua pertanyaan yang selama ini tertahan. Huhuhu.. ga terasa tumpah deh tangisku, hikhikhik.. Bukan bermaksut bercengeng-cengeng ria lo. Tapi begitu denger suara Faza, ga berasa aja ada yang ngalir dari mata. Faza cerita tentang sekolahnya, tentang temennya, juga tentang kegiatan lainnya.

"Kakak kangen Mama, engga?" tanyaku.
"Kangen, Ma..". Huhuhuhu.. ga nahan lagi deh. Baru sekali ini lama sekali ga ketemu Faza.
"Faza baik-baik ya, Nak. Makan yang banyak supaya tetap sehat ya..".
"Mama sehat-sehat juga yah".
Dan seperti biasa, Faza selalu memberikan kiss bye sebelum menutup telpon.
"Mmuuuaahh.. Daaa Mamaa..".
"Mmmuuaahh.. baik-baik ya, Za".

Telpon pun berlanjut dengan Uti. Trus dengan ayahnya Faza. Si Ayah ngingetin aku untuk rekonfirm ke Singapore Airlines soal jadwal kepulanganku nanti. Juga untuk tidak lupa minta bantuan seorang temen dari Vietnam menemaniku dalam rangka liputan sendiri nanti. Iya nih, di Ho Chi Minh ini engga terlalu banyak orang yang bisa bicara pake bahasa Inggris. Jadi selama ini, kalo makan atau bela beli sesuatu, banyakan pake bahasa isyarat atau tulisan.

Kalo sesama peserta sih masih bisa lah ngobatin kangen pake bahasa rumahan. Karena panitia penyelenggara yang dari AIBD itu asalnya dari Malaysia. Trus ada peserta dari Brunei dan Timor Leste. Jadi bahasa Indonesia sih masih bisa dipake setiap hari, meski ga terlalu sering. Huhuhuhu.. soal bahasa sih masih bisa lah ditangani. Tapi kangen sama Faza, itu dia tuh yang beraattt.. Ah, tapi katanya ga boleh brasa berat gitu yah. Denger-denger, Fazanya bisa rewel. Duuuhh.. kasian ah..

Bagemanapun juga, kanggeeeennnn booowww sama Faza..

Sunday, April 22, 2007

Museum dan Istana

Hari Sabtu kemaren, kami diajak jalan ke Museum. Ini museum isinya rekaman perjalanan saat Vietnam perang melawan Amrik. Saat pertama kali Amrik masuk Vietnam tahun 1965 sampe kemudian saat Amrik meninggalkan Vietnam, semua ada rekaman fotonya. Ceritanya, Amrik ini menginvasi Vietnam karena ideologi Vietnam masih komunis. Sementara Amrik -seperti biasa- mengandalkan keinginannya supaya negeri ini mau beralih ke paham kapitalis.

Waahhh.. cerita dan gambar kekejaman saat Amrik di Vietnam ngeri banget boww. Kami ditemani seorang guide yang menjelaskan segala sesuatu saat perang terjadi. Di luar museum, ada beberapa pesawat yang dulu dipake saat perang. Termasuk helikopter dan tank-tank Amrik. Ada juga serpihan akibat bom. Juga ada foto-foto yang menggambarkan akibat serbuan 'agent orange'. Ini sebutan untuk semacam serbuk yang ditebarkan liwat udara dan sungguh mengerikan akibatnya. Jutaan hektar hutan di Vietnam rontok dan meranggas, sementara orang yang kena serbuk ini jadi cacat dan banyak yang meninggal.

Makan siang kami kali ini di Bombaay Restaurant yang memasang tanda 'halal food' di depannya. Waaahh.. setelah seminggu, akhirnya nemu juga resto begini. Marcel yang mewakili AIBD sebagai penyelenggara program workshop ini berasal dari Malaysia. Jadi dia paham banget 'kegalauan' sejumlah peserta yang mesti pinter-pinter milih makanan di Vietnam ini, hihihihi.. Jadi siang kemaren, dia membawa kami ke resto itu. Hhhhmmm.. jadi berasa di rumah de karena yang dihidangkan disana berbau kari trus masakan ala Arab yang ga terlalu beda lah dengan ctarasa negeri sendiri. Marcel bilang, "Wah.. Fia nampak puas sekali kali ini..". Hihihihii.. pasti dooonggg.. Begitupun temen dari Pakistan dan Bangladesh. Mereka bilang 'sangat puaaasss'.

Setelahnya kami beranjak menuju ke Independence Palace. Istana Kemerdekaan. Ini adalah istana yang dipake Presiden pertama kali. Ada banyak ruang yang cuma bisa diliat dari luar aja karena ga boleh dimasuki. Termasuk landasan heli yang ada di lante tiga. Kami cuma bisa melihat helinya tapi ga bisa mendekat. Bersama seorang guide, penjelajahan ini dimulai dari lantai pertama sampe lantai empat, trus menuju ke ruang bawah tanah. Mmmmm.. pengap banget di ruang bawah tanah ini. Beberapa lorong memasag tanda dilarang masuk, jadi cuma kupotret aja. Wiiiyy.. berasa spooky gituh.. Penjelajahan istana ini berlangsung di tengah udara yang panasnya betulan berasa deii. Kringet beleleran. Apalagi ruang-ruang yang kami tengok itu ndak dipasang AC babar blas. Jadi ya cuma mengandalkan angin dari luar yang masuk menerobos jendela-jendela besar.

Pulangnya kami mampir sebentar di depan kantor pos. Ini kantor juga bangunan lama. Jadi bentuknya sangat besar dengan ornamen indah di depannya. Di seberangnya ada gereja tua. Kalo di Jakarta, mirip gereja Katedral di sebelah Istiqlal itu. Tapi yang di Vietnam ini lebih besar dan warnanya mengekspos warna batu bata.

Ffffuuiihh.. lumayan melelahkan perjalanan hari Sabtu kemaren. Hari ini kami masih off karena ternyata Thomas -mentor kami- masih harus dirawat di rumah sakit. Infkesi saluran pencernaan. Aduh, biasaya sih minimal tiga hari kan ya kalo sakit pencernaan gitu. tapi mudah-mudahan sih cepet sembuh deh. Maklum, pelajaran bersama Thomas sudah sangat dinanti karena materinya soal teknis program radio. Kalo pas bareng Ulrich kemaren kami belajar soal manajemen, bagemanan berkomunikasi yang baik demi tercapainya manajemen yang juga baik, maka saatnya kini soal-soal teknis. Dari soal menentukan sasaran pendengar, mencermati dimana posisi kita berada hingga menentukan program apa yang seiranya cucok. Mudah-mudahan Thomas cepet sembuh. Rencananya, jadwal bersama Thomas ini dimulai hari Senin besok.

Ah, kangen banget sama Faza nih. Kemaren kata ayahnya, lagi main ke rumah Nenek. Hhhhmm.. kangen banget nih, Za. Baik-baik ya, Nak. I love yoouuuuu, mmuuaaahhh...

Saturday, April 21, 2007

Seminggu di HCM

Ga terasa udah mau seminggu nih di Ho Chi Minh City, Vietnam. Kota ini kalo di tulisan biasa disingkat HCM. Kemaren tema-tema yang berhubungan dengan manajemen sudah dibahas. Mentornya Ulrich Gartner dari Asian Management Institute AMI. Orang Swiss tapi kerja di Jerman. Mulai Senin sampe Jumat kemaren kami membahas banyak hal yang berhubungan dengan manajemen. Mulai dari gimana caranya berkomunikasi sampe mengatasi konflik. Menarik karena pembahasannya disertai dengan praktik.

Peserta workshop sendiri total ada 14 orang. 11 orang dari luar Vietnam, tiga diantaranya dari Vietnam. Nah yang dari luar Vietnam ini selain diriku, ada Aida dari Timor Leste, Soviry dan Danilo dari Kamboja, Sarah dari China, Jet dari Hongkong, Monzur dari Bangladesh, Mohan dari Nepal, Nayyar dari Pakistan, Ahmad dari Brunei dan Kiengko dari Laos. Sementara tiga Vietnamese adalah Mai Thu, Giang dan Diep. Hhhmm.. lumayan banyak temen baru.

Hari ini mestinya kami lanjut dengan hal-hal berbau radio. Tapi olala, ternyata mentor kami yang namanya Thomas -juga dari Jerman- berhalangan karena sakit, sesaat setelah dia sampe di Ho Chi Minh kemaren. Jadilah hari ini off. Lumayan banyak waktu istirahat (baca ; shopping), huehehe..

Hari Jumat kemarin kami belajar setengah hari, sekaligus perpisahan dengan Ulrich karena dia segera terbang ke Malaysia sore harinya. Jadi setelah kelas, kami kembali ke hotel sebentar untuk kemudian bareng-bareng jalan ke Pasar Bhen Tanh. Ini semacam Uluwatu atau Sukowati kalo di Bali. Atau Beringharjo kalo di Djogdja. Jadi banyak turis yang datang kesini untuk belanja belanji. Mulai kaos bertulis Vietnam, baju-baju khas Vietnam, sampe pernak pernik khas Vietnam. Tapi yah namanya juga turis, banyak pedagang yang enggan sama sekali ngasi diskon. Ngotot banget katanya ini harga termurah dan engga akan ditemui di kios lain. Ah, taktik pedagang lah, hihihihi..

Kami terbagi dalam beberapa kelompok demi menghemat waktu. Aku bareng sama Monzur dan Mohan. Berhubung keduanya bapak-bapak, maka jadilah mereka minta dipilihkan barang apa yang sekiranya cocok untuk istri dan anak-anak mereka. Hhhmm.. tapi kami ga punya banyak waktu karena dikasi waktu sekitar 1,5 jam aja. Jadi, pasti banyak yang belum puwas dengan waktu yang seuprit.

Fffuuiihh.. dari kemaren-kemaren mau ke warnet, belum jadi juga. Apa bole buat, mengandalkan internet di hotel, ah.. ga asik banget. Lha wong jalannya internet di hotel aja kaya siput. Yah sudahlah, selepas sarapan tadi, bareng Aida dan Soviry, kami coba menjelajah daerah sekitar hotel. Hhhhm.. nemu juga. Jadi lumayanlah kalo misalnya perlu cepet-cepet dengan internet, ga terlalu jauh dari hotel. Tapi ya tetep aja mesti menyesuaikan diri dengan jadwal workshop. Selain itu, warnet-warnet disini kebanyakan engga ber-AC. Jadi cuma kipas angin. Sementara orang yang datang jumlahnya luar biasa banyak. Yaaa.. tau ndiri deh..

Ah, mesti udahan dulu niiyy.. Sebentar lagi mesti kumpul.

Sunday, April 15, 2007

Bandara Changi

Pagi terasa begitu cepat. Bangun tidur udah harus bergegas karena mesti pagi-pagi juga brangkat ke bandara. Dianterin ayahnya Faza, Faza, Uti dan Akung. Huhuhuhu.. pisah sama Faza sungguh beraaatt deeii.. Tapi Alhamdulillah Faza ga gitu nangis pas aku mulai masuk ke ruang check in.

Singapore Airlines membawaku ke Vietnam hari ini. Dapet tempat duduk paling belakang karena lainnya sudah penuh. Hhhmm.. laris manis yak. Tapi transit dulu di S'pore. Sekarang masih transit dan nunggu keberangkatan ke Ho Chi Minh City, Vietnam. Sampe disini tadi, gatenya masih tutup jadi bisa sholat dulu sekalian keliling bandara. Ini juga make fasilitas free internet di bandara dan dikasi waktu cuma 15 menit per penumpang.. Yah, itu juga sudah lumayan..

Wah, kalo disuru cerita sih pasti panjang. Tapi karena kayanya masih banyak yang pingin make internet, jadi ya harus tau diri dei..

Friday, April 13, 2007

Cek List

Hhhmmm.. apa lagi yang belum yah buat bekal ke Vietnam? Paspor, udah di tangan. Makasi om Ardi. Wah ngirimnya sesuai pesenan banget. Kuminta supaya pas dikirim, paspor dimasukkan ke dalam plastik supaya lebih aman. Nah, kemaren paspor ini ga cuma diplastik didalemnya, tapi setelah dibungkus amplop pun, amplopnya ikutan diplastik lagi. Manteebbb..

Trus tiket, kemaren juga sudah dianter sama travelnya. Modelnya elektronik tiket. Sebelum dianter, travel sudah mengecek ulang jadwal brangkat dan pulang sampe namaku. Setelah yakin semuanya ok, barulah mereka cetak tiketnya. Waktu tiket sampe, kucek lagi jadwal keberangkatan dan kepulangan, semua oke, cocok dengan rikues.

Trus urusan bekal, siang nanti jadwalnya ngambil bekal. Setelah kemaren sempet kesana kemari untuk ngecek lagi soal rancangan bekal yang kususun, ngejar-ngejar tanda tangan, ffuuiihh.. akhirnya hari ini sudah bisa cair.

Trus packing, nah ini dia yang rencananya kusiapin setidaknya mulai nanti malem. Semalem pas ke rumah Uti juga diwanti-wanti supaya packingnya jangan mepet. Hhhmm iya nih, belum lagi rencana untuk nyiapin beberapa kebutuhan harian untuk persediaan.

Trus nyerahin bahan-bahan kerjaan kantor selama tugasku ini. Sekarang lagi nyusun kerjaan yang mesti diteruskan selama masa melancongku. Wahh.. banyak pastinya deh. Mudah-mudahan kelar tepat waktu deh nanti aku nyiapinnya. Maaf ya teman-temanku, aku nitip banyak kerjaan nih, hihihihi..

Trus yang ga kalah penting adalah menyiapkan diri ga ketemu Faza dua minggu lebih. Huhuhuuu.. beraaattt booww.. Bawa baju Faza, bawa fotonya, ah.. banyak deeii.. Ffuuiihh.. Waktu rasanya jadi cepet banget berjalan. Udah makin siang aja niihh. Widdiiyy, masih banyak yang ngantri dituntaskan. Semoga sebelum larut nanti semuanya sudah kelar dan beres deh.

Wednesday, April 11, 2007

Di Kantor Imigrasi

Hari kedua, hari Selasa, aku ke kantor Imigrasi lagi. Tujuannya, foto. Awalnya, jadwal fotoku masih hari Jumat. Wakkss.. Ga mungkin banget to. Lha ini aja ke Djogdjanya cuma ijin ga masuk dua hari untuk keperluan ini je. Kata petugasnya, biasanya jadwalnya memang sepekan hari kerja. Wakss lagi.. Setelah kuminta bantuan lagi untuk dipercepat jadwal fotoku, bisa juga aku dapet jatah hari berikutnya. Tapi itupun juga ga bisa langsung jadi. Karena setelah foto, prosesnya kemudian adalah mengirim foto ini untuk diverifikasi di kantor pusat di Jakarta. Nah, proses transfernya itu yang cukup memakan waktu. Kalo ga salah denger, waktu itu petugasnya bilang, proses transfer atau kembalinya foto ini butuh waktu lima jam. Hhhhmmm.. kenapa bisa lama? Ga tau deh.. Yang jelas, paspor baru jadi sehari setelah proses foto itu tadi. Yah sudahlah, om Ardi deh yang ketiban rejeki ngambil paspor dengan membawa serta surat kuasa.

Yowis to, duduk ngantri untuk mbayar dan foto. Lumayan juga nunggunya. Setelah dapet giliran foto, trus ada dokumen yang butuh cap jempol kananku. Udah gitu, nyetak jari-jari diatas mesin finger prints. Salah satu dari dua petugas menanyakan untuk keperluan apa daku ke Vietnam. Setelah kujawab, gantian aku yang nanya.

"Kalo ngurus perpanjangan ini, sebenernya online ngga sih, Pak?".
Dua bapak-bapak (atau mungkin tepatnya mas-mas) yang ada di depanku menjawab, "Bisa, Mbak. Makanya saya heran kok Mbak ngga ngurus aja di Jakarta. Kan kerja di Jakarta", jawab si mas sambil senyum-senyum.
Uhuk uhuk uhuk..
"Jadi bisa online ya".
"Iya Mba, bisa. Dimana aja juga bisa. Paling nanti kantor Imigrasi bersangkutan akan minta verifikasi dari kantor Imigrasi yang mengeluarkan paspor sebelumnya. Syaratnya juga sama".
Uhuk uhuk uhuk lagi..

Owalaah, ternyata bisa to online. Ah yawis, itung-itung nostalgia deh ke Djogdja. Menikmati masa-masa yang sudah kutinggalkan selama tiga tahun terakhir ini. Engga, engga nyesel dong. Wong malah asik bisa liat suasana kota yang mulai banyak berubah. Banyak gedung baru, banyak bangunan yang direnovasi, juga tambahan disana-sini. Ah, tetep aja seru..

Sore harinya, Garuda Indonesia membawaku ke Jakarta lagi. Setelah dua hari menikmati jalanan yang loncer moncer karena ga ketemu macet brarti, saatnya kini bertemu lagi dengan kemacetan dan hiruk pikuk ibukota.. Ah itu mah biasa. Yang lebih penting lagi, ketemu Faza. Hukhukhuk.. dua hari berasa luamaaa deeii.. Mama dataaannggg.. Mmmuuaahhh..

Gelap Mata ala Djogdja

Mentang-mentang udah lama ga ke Djogdja, jadi ngeliat segala sesuatu yang berbau Djogdja bikin ketar ketir. Bukan apa-apa, tapi jadi banyak sekali keinginan menggebu untuk bela beli segala sesuatunya. Hihihihi..

Apa bole buat. Hari Senin, usai dari kantor Imigrasi, sama om Ardi nyari soto. Setelah menimbang diantara soto Marto, Pak Sholeh dan Kadipiro, akhirnya Kadipiro lah yang dipilih. Ini sih karena om Ardi udah apal banget lokasinya dan searah dengan jalan yang kami lewati. Jadi dialah yang dipilih. Yang lain sih sebenernya aku tau lokasinya. Cuma selain udah kelewatan, lainnya sih karena lokasinya rada jauh. Mmm.. nostalgia dengan soto Kadipiro adalah ketemu dengan si bapak yang meracik setiap mangkok soto yang akan dihidangkan. Mulai dari nuang nasi, sampe mencampurkan bumbu-bumbu, ngirisi-iris daging ayam dan menuangkan kuahnya yang kebul-kebul (baca ; berasap) karena selalu ada di atas api menyala. Hhhmm.. baunyaaa wangiii.. Untuk yang suka tambahan ayam, disediakan juga potongan ayam. Plus aksesori lainnya adalah perkedel kentang dan krupuk. Ga lupa sambal cabe rawit merah, ditaburi dengan potongan tomat segar. Hhhuumm, yummy..

Dari Kadipiro, meluncur ke Malioboro. Menikmati jejak-jejak lama pusat kota itu di masa lalu. Sejumlah hal berubah. Mulai dari jalan Pasar Kembang yang kini bisa dilalui dua arah, sampe deretan bangku panjang yang ditanam di sepanjang sisi kiri Malioboro dan di depan Istana Gedung Agung. Hhmm.. jadi rame.. Perjalanan menyusuri Malioboro ini berlanjut pada malam hari. Suasananya lebih rame, meski di tengah hari kerja. Batik Margaria sedang banyak pengunjung ketika aku datang. Hingga ke Mirota Batik di depan pasar Beringharjo, hhmm.. betulan aku menikmati nostalgia masa lalu, huehuehuehue.. Mirota Batik yang sekarang pun sangat berubah. Kata Om Ardi, renovasi sudah berlangsung sejak toko ini kebakaran. Jadilah sekarang Mirota Batik menjelma jadi toko pusat kerajinan yang menyediakan banyak macam. Mulai dari daster batik, clana panjang batik sampe baju-baju batik. Di depan pintu masuk, ada kereta yang biasa ditarik kuda dan disediakan untuk lokasi foto-foto. Satu hal yang sangat terasa di toko ini adalah.. bau dupa yang menusuk. Waduuhh.. pertama kali sih berasa menyengat sekali. Tapi kalo sudah di dalam toko dalam waktu lama, bau itu lama-lama ya jadi biasa, meski tetap aja berasa..

'Gelap mata' ini juga dirasakan waktu ngeliat baju batik seukuran Faza di toko Batik Margaria. Aiiih, lucu banget. Akhirnya dua baju yang menarik hatipun kubeli. Baju-baju dan clana berbahan batik akhirnya jadi sasaran saat 'gelap mata' melanda, huehehe.. Bahkan warung ronde yang di alun-alun pun ikut kena sasaran, hihihihi.. Sekali ini, 'gelap mata' sih bolehlah, huehehehe..

Monday, April 09, 2007

'Dong', 'Banget', 'Gue'

Belakangan, ketika di tengah ngobrol, Faza suka sekali menyelipkan kata 'dong' dan 'banget'. Misalnya, "Wah.. mainan Kakak baru banget". Nah, ini untuk ngomentarin jika ada koleksi mainannya yang baru. Nah untuk panggilan kakak ini, Faza suka menyebut dirinya sendiri dengan sebutan itu. Atau di lain waktu, bilang begini, "Aku mau ini dong..". Widiiyy.. mantep bener deh..

Kata-kata itu nyaris selalu terucap tiap hari untuk menunjukkan ekspresinya atas suatu hal. Hhhmm, seru juga.. Selain nambah kosakata, bertambah juga kata-kata lain yang sifatnya penekanan. Ayah dan emaknya sering dibuat ketawa dengan gaya bahasanya model begini. Boleh, boleh..

Nah yang agak menakjubkan memang yang terakhir itu. Kemaren kejadiannya. Waktu itu, Faza mainin hp emaknya. Trus dia bicara sendiri, "Aku mau telpon temen-temen gue dulu..". Hah?? Welhadalah, kali ini betulan mengejutkan deh. Faza bicara di depanku persis. Aku ketawa ngakak dengernya. Mba-mbanya di belakang yang denger ucapan Faza ini juga sama gelinya. Waktu kutanya, "Gue apaan sih, Kak?". Faza cuma cengengesan. Hadooohh, ini rasanya pengaruh tipi banget deh. Atau jangan-jangan ada temennya di kompleks yang sudah mengakrabi kata-kata itu? Hhhmmm.. mungkin juga. Yang jelas, begitu denger Faza ngucapin kata-kata itu, rasanya aku berhadapan dengan seorang anak yang usianya jauh diatas 2 tahun 5 bulan. Huehehehe..

Ketemu Lagi dengan Djogdja

Hari Minggu siang sekitar jam 14.30, Batavia Air yang membawaku ke Djogdja mulai membubung ke angkasa, menembus jajaran awan hitam dan titik-titik air hujan yang membayang di depan. Jadwal ini rada mundur dari jadwal yang seharusnya karena kata mba pramugari yang mengumumkan di pesawat, cuaca di Yogyakarta belum memungkinkan untuk mendarat. Karena pengumuman ini disampaikan saat penumpang sudah ada di pesawat, maka kamipun menunggu diatas pesawat. Tak berapa lama, datang lagi pengumuman yang menyatakan kemungkinan penundaan ini akan berlangsung agak lama, jadi penumpang dipersilakan keluar dulu dari pesawat. Tak lupa juga barang bawaan mesti diangkut lagi keluar. Olala, yang tadinya udah duduk manis dan barang udah ditata sedemikian rupa, mesti dibongkar lagi. Keluar pesawat juga mesti antri lagi. Yah, kalo urusan cuaca memang ga bisa dipaksa to. Sejumlah taruna Akademi Angkatan Udara yang ada di pesawat yang sama sempat mempertanyakan brapa lama perkiraan pesawat akan didelay. Kabarnya, mereka harus sudah masuk asrama jam 18.00 nanti. Jadi kalo kelamaan delaynya, kuatirnya pasti melewati batas waktu masuk asrama. Kalo lewat, hhuuumm.. ga tau deh..

Tapi baru aja jalan menuju garbarata, pengumuman lanjutan disampaikan. Bandara Adisutjipto Yogya sudah open, maksutnya sudah bisa didarati karena hujan sudah berhenti. Uuuffhh.. masuk lagi deh ke pesawat sambil nenteng-nenteng bawaan. Dan Alhamdulillah, ga lama kemudian pesawat segera bersiap terbang. Cuaca di Jakarta sendiri sudah mulai mendung waktu mulai take-off. Sampai menuju posisi ideal saat tanda seat belt dimatikan, butuh waktu rada lama. Ini karena setelah take-off, langsung berhadapan dengan hujan dan mendung. Tau sendiri, jikalau menembus cuaca yang demikian itu, pesawat pasti sedikit turbulence. Jadi ada bunyi gludak gluduk disertai pesawat yang naik turun. Tapi Alhamdulillah, ga brapa lama pesawat sudah di posisi mendatar, sudah mencapai ketinggian yang diinginkan.

Sekitar sejam lama perjalanan kali ini. Mendekati bandara Adisutjipto, pesawat kembali berhadapan dengan cuaca mendung. Tapi ga brapa lama karena setelah itu, mulailah terlihat deretan bangunan yang ada di Djogdja dan sekitarnya. Hhhuumm.. sudah deket nih.. Batavia Air pun mendarat dengan mulus di tengah cuaca basah abis ujan.

Masuk ke pintu kedatangan, kami langsung disambut dengan dua orang yang memainkan gamelan mini. Di sepanjang jalan menuju rumah, banyak sekali rasanya yang sudah berubah. Dipikir-pikir lagi, ah ya, daku kan sudah tiga tahunan engga ke Djogdja. Terakhir, ngurus surat-surat untuk keperluan nikah. Uuuffhh.. lama juga ya. Sekarang, selamat ketemu lagi, Djogdja..

Friday, April 06, 2007

Paspor Abis

Dalam rangka siap-siap ke Vietnam ini, sekitar dua hari lalu, aku ngecek masa berlaku pasporku. Dengan yakinnya aku tebak kalo pasporku masih berlaku sampe tahun depan. Ah, tebakan cuma berakhir tebakan memang. Karena setelah dibuka, wadaaauuww.. pasporku abis 01 April tahun ini. Aduh, aduh.. Kenapa juga ngeceknya baru sekarang-sekarang. Sementara rencana berangkat ke negeri tetangga disusun untuk tanggal 15 April nanti. Huhuhuhu.. Diinget-inget, betul juga yak. Waktu itu aku bikin untuk keperluan ke Timor Leste yang mau pemilihan umum pertama kali sejak berpisah dari Indonesia. Ah ya, itu kan tahun 2002. Pantesan, pantesaaann. Ga berasa udah lima tahun to ini.

Akhirnya mulailah gerilya untuk mencari cara gimana memperpanjang paspor di Jakarta. Ah, rada rumit bin susah plus lama. Denger-denger sih sudah online sehingga meski yang mengeluarkan paspor dulu adalah kantor Imigrasi Yogyakarta, maka untuk perpanjangan bisa diurus di kota lain. Ah, masa iya sih.. Tapi setelah tanya sana sini, hhmm.. kayanya belum bisa deh. Rasanya tiada lain selain mengurusnya di tempat aku bikin paspor dulu. Ya di Djogdja.

Jadi sekarang ini sedang gencar-gencarnya menyiapkan diri untuk mudik ke Djogdja. Tiket untuk ke Djogdja baru kudapet siang ini. Om Ardi di Djogdja juga dilibatkan untuk ngontak-ngontak ke travel, nyari tiket untuk perjalanan Yogyakarta-Jakarta. Di kantor sendiri, sedang nyusun jadwal sekaligus minta ijin ga masuk semasa ngurus paspor ini. Hhmm.. mudah-mudahan semuanya berjalan lancar. Amien..

Thursday, April 05, 2007

Mari Sambut ; Pilkada Damai

Ffuuiihh.. hari ini begitu melelahkan. Sekaligus menyenangkan. Sebuah gelaran yang sudah disiapkan kantorku sejak tengah bulan lalu, akhirnya terlaksana juga hari ini. Dan hasilnya, Alhamdulillah, mendulang banyak respons.

Namanya Deklarasi Pilkada Damai. Karenanya yang diundang adalah para bakal calon gubernur, partai-partai, KPUD sampe LSM pemantau Pilkada. Engga lupa juga, yang punya dana untuk Pilkada yaitu Gubernur dan polisi yang bertugas menjaga keamanan. Dari empat nama yang santer kedengeran disebut-sebut akan berlaga untuk jadi DKI 1, dua diantaranya hadir. Gubernur datang. KPUD juga. Perwakilan partai-partai juga datang. Media dan pengunjung juga memenuhi ruangan yang kami sediakan. Ah, jadi berasa sempit itu tempat, huehehe.. Apalagi ditemani sama temen-temen dari Keroncong Toegoe. Ah, manteeebbb..

Aku memandu acara itu di tengah flu dan pilek yang menyumbat idungku. Belum lagi batuk-batuk yang kadang muncul. Aduh, rada kuatir juga tuh di awal acara. Apalagi di tengah acara, akan ada pembacaraan ikrar Pilkada Dadami. Makanya kuminta temenku ada di sebelahku saat pembacaan ikrar itu. Jadi kalo terjasi sesuatu, batuk misalnya atau bersin, bisa langsung digantikan sama temenku. Tapi syukurlah, kejadian luar biasa itu engga terjadi.

Rasa penat yang kurasa sejak awal, apalagi aku sama sekali engga duduk, seperti terbayar dengan banyaknya undangan yang datang. Juga yang ikut hadir meramaikan acara ini. Apalagi sebagian besar yang diundang itu kan dari kalangan birokrat yang butuh pengaturan jadwal di mereka masing-masing. Ada yang tarik ulur, antara mau dan engga untuk datang di acara ini, ada juga yang langsung hayu aja.

Jadi waktu seluruh acara berakhir tadi sore, ffuuuiihh.. plooong rasanya. Pegel yang dirasain karena mesti berdiri sekitar dua jam, rasanya terhapus setelah liat venue yang dipenuhi banyak undangan dan yang hadir. Ciiaahhh.. Sekarang saatnya memulihkan pegel-pegel di kakiku nih. Apalagi tadi perjalanan balik ke kantor sungguh lama banget. Karena macet dimana-mana. Selain karena hujan yang mengguyur sejak siang tadi, sore tadi bertepatan dengan jam pulang kantor. Besok libur pula. Walaaahhh.. Hhhmm.. mulai berasa nih pegel-pegelnya..

Tuesday, April 03, 2007

Nah Lo

Huehehe.. Dari sini nih infonya..

Vietnam Terapkan Pemadaman Listrik Bergilir Sampai Mei
Selasa, 03 April 2007 | 17:32 WIB

Vietnam memulai pengurangan pemakaian listrik secara nasional untuk menghemat energi dan menghadapi kekeringan. Pham Le Thanh, direktur jenderal perusahaan milik negara Kelistrikan Vietnam hari ini mengungkapkan pemadaman bergilir dengan batas pemakaian listrik 10 sampai 12 jam sehari sudah dimulai di beberapa distrik Hanoi, Ho Chi Minh dan Haipong.

“Pemakaian listrik diprioritaskan untuk produksi pertanaian dan industri,” kata Thanh. Dia menjelaskan konsumen rumah tangga diminta mengurangi pemakaian listrik. Menurut Thanh, banyak binsis, hotel dan rumah mulai beralih ke generator untuk mendapatkan pasokan listrik.

Level permukaan air di waduk-waduk pembangkit listrik, yang menyediakan hampir 40 persen pasokan listrik di negara berpenduduk 84 jiwa itu, mulai susut akibat kemarau berkepanjangan. Kekurangan ini diperparah oleh kegiatan pemeliharaan di pembangkit listrik Phu My-2, Phu My-3 dan Ca Mau di wilayah selatan dan Uong Bi di utara. Akibatnya, pasokan listrik per bulan hanya mencapai 400 sampai 500 juta kilowat jam.

Monday, April 02, 2007

Yuhuuuu

Siang ini, temenku Dessy menyerahkan tiga lembar surat. "Jadi nih Mba ke Vietnam..". Weeiiikkss.. Yuuhuuu.. Ini dia kabar yang ditunggu-tunggu, huehehe.. Alhamdulillah. Hhhmm, setelah menunggu beberapa pekan, akhirnya jawaban panitia datang juga. Saat mengirim form aplikasi untuk ikutan workshop ini beberapa waktu lalu, mmm.. berharaaap banget bisa lolos seleksi jadi peserta. Maklum aja, pesertanya cuma dibatasi untuk 14 orang.

Jadi ini adalah workshop Manajemen Radio. Isinya mulai dari Programming, Marketing, Audience Research sampe Human Resource Management. Wah, ngeliat materinya sih asik banget. Makanya itu kepingiiinn banget biar bisa lolos seleksi. Dan akhirnya.. mmmm.. senangnyaa..

Karena ngga lebih dari dua pekan lagi, mesti dari sekarang nih siap-siapnya. Yang engga boleh lupa, bawa satu atau dua helai baju Faza dongs. Kabarnya bisa jadi penawar kangen. Punya bapaknya? Mmmm.. gimana nanti deii, huehehe..

Muacet Buanget

Udah nyaris jam sepuluh kok masih macet?? Macet lagi macet lagi.. Meski sudah terbiasa, tapi kalo ketemu macet yang luar biasa, jadinya menyebalkaaaannn.. Uuuggghh, padahal kan baru memulai hari Senin.

Nyetir mobil jadi kaya orang senewen. Siyag siyug kesana kemari.. Ffuuiihh.. untung akhirnya cepet sadar, hihihihi.. Meski goyang sana goyang sini, toh nyampe kantor juga udah telat.

Hhhhrrggghhh....