Wednesday, November 07, 2007

Kehamilan Diluar Kandungan

Buat nambah pengetahuan..

Kehamilan yang berada diluar kandungan harus segera dihentikan karena bisa membahayakan nyawa ibu. Apa sebab dan bagaimana mengatasinya?

Pada pemeriksaan kehamilan pertama, biasanya dokter menyarankan untuk dilakukan USG. Salah satunya bertujuan melihat kehamilan terjadi di dalam atau di luar kandungan. Hingga, bisa segera ditangani bila kehamilan terjadi di luar kandungan. Soalnya, kehamilan di luar kandungan atau kehamilan ektopik sangat membahayakan nyawa ibu. Kehamilan ektopik, terang dr. Bambang Fadjar, SpOG dari RS International Bintaro, Tangerang, bisa terjadi di saluran tuba, kornu (tanduk rahim), indung telur, atau justru di dalam perut. Tentunya, dengan makin membesar janin, baik saluran tuba, indung telur, ataupun kornu, bisa pecah dan mengakibatkan perdarahan di dalam perut. "Ini sangat membayakan jika perdarahan sampai tak diketahui."

Kelainan Saluran Tuba
Menurut Bambang, kehamilan ektopik bisa terjadi bila kita punya masalah di saluran tuba, entah berupa penyumbatan atau penyempitan. Saluran tuba merupakan jalan masuk sel telur dan sperma hasil konsepsi (pertemuan sperma dan sel telur). Kala masa subur, indung telur akan mengeluarkan telur matang ke dalam perut. Nah, bila kita berhubungan, sel sperma akan masuk ke rahim, lalu melewati saluran tuba dan keluar dari fimbrie (ujung luar saluran tuba) ke dalam perut, hingga bertemu sel telur yang matang itu. Hasil konsepsi itu akan masuk kembali ke dalam rahim lewat fimbrie dan saluran tuba, lalu tumbuh dan berkembang di dalam rahim sebagai janin. Dengan demikian, jika terjadi kelainan di saluran tuba, hasil konsepsi tak bisa masuk ke dalamnya, hingga terjadilah kehamilan di luar rahim.

"Bisa saja hasil konsepsi dapat masuk ke saluran tuba tapi tak bisa sampai ke dalam rahim, hingga bercokol di sana dan tumbuh membesar; bisa juga masuk ke dalam indung telur, atau sama sekali tak bisa masuk ke saluran tuba hingga tumbuh di dinding perut." Terjadinya penyempitan/ penyumbatan saluran tuba karena memang sejak kecil ada kelainan di saluran tuba atau karena terjadi infeksi seperti infeksi akibat penyakit GO (gonorrhea) ataupun radang panggul.

Tanda-tanda saluran tuba yang terkena infeksi ialah keputihan, tapi keputihannya tak seperti keputihan fisiologis biasa, melainkan disertai rasa sakit atau nyeri di perut, demam, dan dalam jumlah banyak. Bahkan, saking tak tertahankan akan sakitnya, si ibu bisa pingsan. "Jadi, bila ibu keputihan, harus diyakini betul, apakah keputihannya karena ada infeksi ataukah sekadar fisiologis biasa seperti yang terjadi kala hendak menstruasi," tegas Bambang. Bila tak yakin, tak ada salahnya untuk berkunjung ke dokter demi memastikannya.

Ciri-ciri
Kehamilan ektopik tak bisa dideteksi dari luar. Yang jelas, bila 1-2 minggu si ibu telat menstruasinya, terus merasa nyeri di perut bagian bawah, waspadalah. "Selemah-lemahnya tubuh orang hamil muda, tapi tak akan ada nyeri. Nah, jika terasa nyeri sedikit saja di perut bagian bawah perlu waspada. Jangan-jangan ada infeksi di saluran tuba atau bahkan sudah terjadi kehamilan ektopik."

Nyeri ini terjadi karena kehamilan telah pecah, hingga menimbulkan perdarahan. "Si ibu tak akan tahu kalau ia mengalami perdarahan karena perdarahan itu terjadi di dalam perut. Hingga, yang ia rasakan hanya sakit yang hebat, lemas, sesak, dan tiba-tiba pingsan." Memang tak semua kehamilan ektopik akan mengalami perdarahan. Soalnya, kehamilan ektopik ada 2 jenis, yaitu kehamilan ektopik belum terganggu (KEBT) dan kehamilan ektopik terganggu (KET). Pada KEBT, kehamilannya belum sampai pecah dan biasanya si ibu tak merasakan apa-apa. Sementara pada KET, kehamilan ektopik itu sampai mengakibatkan saluran tuba pecah dan menimbulkan perdarahan. "Di saluran tuba banyak terdapat pembuluh darah. Jadi, saat janin membesar sedikit saja, bisa mengakibatkan saluran itu pecah."

Harus Dikeluarkan
Itulah mengapa, bila diketahui terjadi kehamilan ektopik, meski belum pecah, dokter pasti menyarankan untuk segera dikeluarkan. Sebab, tak ada gunanya janin itu tumbuh di tempat yang bukan tempatnya. Janin juga tak mungkin bisa membesar hingga usia 9 bulan. Baru beberapa minggu saja, "tempat bersarangnya" sudah tak tahan dan pasti akan pecah. Jika sudah pecah, perdarahan yang terjadi dalam perut bisa hebat. "Ada lo, yang perdarahannya sampai 2 liter." Kalau sudah begini, si ibu akan mengalami anemia, pucat, lemas, bahkan bisa pingsan. Sebab, darah yang terkumpul di dalam perut bisa mengakibatkan sesak nafas. Bila perdarahannya dalam tingkat parah dan tak segera ditolong, si ibu bisa meninggal.

Pun jika kehamilan terjadi di dinding perut yang tempatnya relatif lebih lebar. "Memang ada kehamilan ektopik di dalam perut yang bisa sampai membesar hingga janinnya cukup mampu untuk dilahirkan. Namun, tetap saja itu bukan tempat untuk tumbuh kembang bayi, hingga kualitas bayi juga pasti tak bagus." Selain itu, plasenta bisa menempel di usus perut kita, hingga sangat membahayakan. "Pada si ibu pasti akan timbul keluhan sakit perut yang hebat."

Bukan berarti bahaya sudah hilang, lo, bila janin sudah dikeluarkan dari dinding perut. "Plasenta yang menempel di usus tak bisa begitu saja diambil. Pasti akan merusak usus kita atau mengakibatkan robek. Jadi, biasanya janinnya dulu dikeluarkan lewat operasi. Beberapa hari kemudian, baru dilakukan operasi kembali untuk mengeluarkan plasenta." Dengan tak ada janin, berarti tak ada kehidupan, juga buat plasentanya, hingga ia takkan menempel kuat lagi di usus. Dengan demikian, saat diambil sudah tak membahayakan usus lagi.

Tetap Waspada
Mengingat bahayanya yang besar itulah, pesan Bambang, ibu hamil jangan menolak jika dianjurkan untuk pemeriksaan USG di trimester I. Dengan demikian, bila diketahui terjadi kehamilan ektopik, bisa segera dihentikan kehamilannya atau dikeluarkan janinnya sebelum pecah. Pada KEBT, penanganan cukup dilakukan dengan suntik pengobatan MTX (methotrexate) yang bisa menyerap hasil konsepsi tanpa merusak saluran tuba atau dinding perut. Selanjutnya akan dipantau lewat USG, kehamilannya bisa menghilang atau tidak. Jika belum terserap sempurna, cara ini akan diulang lagi.

Cara lain, dengan operasi laparoskopi, sejenis operasi besar tapi dengan invasi minimal. Jadi, dinding perut dilubangi sedikit untuk memasukkan alat dan teropong, lalu dilakukan operasi pemotongan janin atau saluran tuba. Pemotongan saluran tuba diusahakan sesedikit mungkin, hingga bisa diperbaiki kembali atau dilakukan tuba plastik (operasi plastik untuk memperbaiki saluran tuba). "Namun bila letak janin tumbuh di tengah atau ujung bagian dalam saluran tuba, biasanya satu saluran tuba itu akan dipotong semua."

Pada KET, harus segera dilakukan operasi laparotomi, yaitu pembedahan perut. "Darah di perut dikeluarkan dan saluran tuba yang pecah dipotong." Meski satu saluran tuba telah dibabat habis, toh, ibu tak usah khawatir dirinya tak bisa hamil lagi. Bukankah saluran tubanya masih ada satu lagi dan indung telurnya masih utuh? Jadi, bila yang kiri dipotong, misal, yang kanan masih tetap berfungsi. Namun dengan syarat, saluran tersebut tak mengalami penyempitan/penyumbatan. Kalau tidak, ya, bisa terjadi kehamilan ektopik lagi.

Saran Bambang, jika ingin hamil lagi dan tak ingin kehamilan ektopik ini terulang, sebaiknya setelah pemotongan saluran tuba, periksalah saluran tuba yang satunya lagi dengan peneropongan HSG (histerosalpingografi) . "Jika ternyata ditemukan kasus yang sama pada saluran tuba satunya lagi, sebaiknya diperbaiki dulu. Infeksinya disembuhkan atau sumbatannya dibuka dengan jalan ditiup. Dengan demikian, kehamilan ektopik takkan terulang."

Walau begitu, hasil peniupan tetap perlu diwaspadai. Soalnya. saat ditiup, bisa jadi saluran itu membesar. Untuk masuknya sel sperma yang hendak menuju ke dalam perut, mungkin saluran ini cukup. Namun setelah sel sperma bertemu dengan sel telur dan terjadi konsepsi, mungkin ukurannya jadi lebih besar, misal, 4 kali besar sel sperma. Nah, kala ia hendak masuk lagi ke rahim melalui saluran tuba, saluran yang terbuka hasil ditiup tadi, tetap tak cukup besar untuk dilalui hasil konsepsi ini. Jadilah hasil konsepsi ini tak bisa sampai ke dalam rahim, melainkan hanya sampai di saluran tuba atau bahkan tak bisa masuk sama sekali atau ada di dinding perut.

Kewaspadaan ini juga perlu bagi ibu-ibu yang punya kasus infertility hingga perlu dilakukan peniupan di saluran tubanya. Jangan sampai terjadi kehamilan ektopik.

1 comments:

yati said...

saran untuk mbak tulis artikel jenis lain gak usah nulis kebidanan dan kandungan yang bukan kompetensi mbak, bahaya kalau salah tafsir