Wednesday, November 15, 2006

Peduli Diabetes

Ini bukan judul komersil. Tapi ada sebuah artikel menarik soal diabetes, bikin inget. Di keluargaku, ibuku punya diabetes. Ketauannya sejak sekitar tahun 1999, waktu babe masih tugas di Padang. Sampe sekarang, gula darah mommy masih sering naik turun. Tapi akhir-2 ini kayanya udah mulai stabil karena Mommy rajin konsumsi obat. Sekarang sih selain obat oral, ada juga insulin yang dimasukkan lewat suntik. Sampe mommy udah apal banget dan ga takut sama yang namanya jarum suntik. Soalnya proses suntik ini dilakukan sendiri. Suka ngeri liatnya. Tapi memang itu obatnya sih ya. Awal-awal pake metode ini diajari dulu sama dokter. Sekarang mah udah sendiri.

Diabetes juga yang membuatku dulu pas awal kehamilan, diminta dokter kandunganku untuk periksa. Supaya tau apakah diabetes ibuku nurun juga ke aku. Soalnya diabetes ini memang nurun sih. Tapi Alhamdulillah waktu itu periksa, hasilnya negatif. Begitu juga pas udah mau deket masa melahirkan, DSOGku minta lagi untuk cek ulang. Dan Alhamdulillah hasilnya juga tetep negatif. Memang kalo ada ibu hamil yang diabetes, perlakuannya mesti beda. Artinya, dokter mesti punya catatan sendiri.

Nah, ini ada artikel menarik yang aku ambil dari situsnya Kompas edisi hari ini soal diabetes. Dengan beberapa editan tentu. Untuk dibaca-baca. Semoga berguna. Dan selalu mengingatkan kita untuk tetap menjaga hidup sehat. Selamat menikmati.


Mengapa Kita Harus Peduli Diabetes?

Sampai saat ini masih banyak orang yang mengganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal, setiap orang mungkin menjadi pasien diabetes, tua ataupun muda, termasuk Anda.

Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah diabetes melitus (DM). Pada tahun 2006 ini diperkirakan terdapat 14 juta orang dengan diabetes, tetapi baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur.

Diabetes (kencing manis) adalah penyakit di mana tubuh penderitanya tidak bisa mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Jadi penderita mengalami gangguan metabolisme dari distribusi gula oleh tubuh sehingga tubuh tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tidak mampu menggunakan insulin secara efektif. Akibatnya, terjadi kelebihan gula di dalam darah sehingga menjadi racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan dalam darah tersebut melimpah ke sistem urine.

Diabetes adalah penyebab utama kebutaan, amputasi, kanker pankreas, stroke, serangan jantung dan ginjal. Bahkan DM membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV/AIDS.

Celakanya, menurut Prof.Dr.Sidartawan Soegondo, dr,SpPD,KEMD dari Pusat Diabetes Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, diabetes tidak punya gejala fisik khusus, sehingga penderita tidak menyadari datangnya penyakit ini. Biasanya yang dikeluhkan hanya rasa lelah. Jika pasien berobat, dokter jarang yang langsung mengukur gula darahnya.

Gejala lain yang timbul pada penderita antara lain penglihatan kabur hingga mengakibatkan kebutaan, luka yang lama sembuh, kaki terasa kebas, geli atau merasa terbakar, infeksi jamur pada saluran reproduksi perempuan, dan impotensi pada pria.

Jumlah penderita diabetes di daerah perkotaan di Indonesia pada tahun 2003 adalah 8,2 juta orang, sedangkan di daerah pedesaan 5,5 juta orang. Diperkirakan, 1 dari 8 orang di Jakarta mengidap diabetes. Tingginya jumlah penderita di daerah perkotaan, antara lain disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakatnya.

Mereka yang memiliki risiko tinggi terkena diabetes adalah yang memiliki riwayat keluarga mengidap diabetes, memasuki usia di atas 40 tahun, kegemukan, tekanan darah tinggi, selain tentu saja pola makan yang salah. Jika termasuk dalam satu atau dua dari faktor risiko tersebut, paling tidak lakukan tes gula darah setahun sekali.

Karena diabetes sulit disembuhkan sepenuhnya, sudah saatnya kita melakukan tindakan pencegahan, antara lain tidak makan berlebihan, menjaga berat badan, dan rutin melakukan aktivitas fisik.

Bagi penderita DM, lakukan konsultasi secara berkala dengan dokter, selain itu dituntut sikap disiplin dan kepatuhan dalam mengonsumsi obat maupun suntik insulin agar tidak terjadi komplikasi penyakit.

Olahraga juga dapat secara efektif mengontrol diabetes, antara lain dengan melakukan senam khusus diabetes, berjalan kaki, bersepeda, dan berenang. Diet dipadu dengan olahraga merupakan cara efektif mengurangi berat badan, menurunkan kadar gula darah, dan mengurangi stres.

Latihan yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah, kolesterol, dan risiko terkena serangan jantung, serta memacu pengaktifan produksi insulin dan membuatnya bekerja lebih efisien.

0 comments: