Wednesday, April 11, 2007

Gelap Mata ala Djogdja

Mentang-mentang udah lama ga ke Djogdja, jadi ngeliat segala sesuatu yang berbau Djogdja bikin ketar ketir. Bukan apa-apa, tapi jadi banyak sekali keinginan menggebu untuk bela beli segala sesuatunya. Hihihihi..

Apa bole buat. Hari Senin, usai dari kantor Imigrasi, sama om Ardi nyari soto. Setelah menimbang diantara soto Marto, Pak Sholeh dan Kadipiro, akhirnya Kadipiro lah yang dipilih. Ini sih karena om Ardi udah apal banget lokasinya dan searah dengan jalan yang kami lewati. Jadi dialah yang dipilih. Yang lain sih sebenernya aku tau lokasinya. Cuma selain udah kelewatan, lainnya sih karena lokasinya rada jauh. Mmm.. nostalgia dengan soto Kadipiro adalah ketemu dengan si bapak yang meracik setiap mangkok soto yang akan dihidangkan. Mulai dari nuang nasi, sampe mencampurkan bumbu-bumbu, ngirisi-iris daging ayam dan menuangkan kuahnya yang kebul-kebul (baca ; berasap) karena selalu ada di atas api menyala. Hhhmm.. baunyaaa wangiii.. Untuk yang suka tambahan ayam, disediakan juga potongan ayam. Plus aksesori lainnya adalah perkedel kentang dan krupuk. Ga lupa sambal cabe rawit merah, ditaburi dengan potongan tomat segar. Hhhuumm, yummy..

Dari Kadipiro, meluncur ke Malioboro. Menikmati jejak-jejak lama pusat kota itu di masa lalu. Sejumlah hal berubah. Mulai dari jalan Pasar Kembang yang kini bisa dilalui dua arah, sampe deretan bangku panjang yang ditanam di sepanjang sisi kiri Malioboro dan di depan Istana Gedung Agung. Hhmm.. jadi rame.. Perjalanan menyusuri Malioboro ini berlanjut pada malam hari. Suasananya lebih rame, meski di tengah hari kerja. Batik Margaria sedang banyak pengunjung ketika aku datang. Hingga ke Mirota Batik di depan pasar Beringharjo, hhmm.. betulan aku menikmati nostalgia masa lalu, huehuehuehue.. Mirota Batik yang sekarang pun sangat berubah. Kata Om Ardi, renovasi sudah berlangsung sejak toko ini kebakaran. Jadilah sekarang Mirota Batik menjelma jadi toko pusat kerajinan yang menyediakan banyak macam. Mulai dari daster batik, clana panjang batik sampe baju-baju batik. Di depan pintu masuk, ada kereta yang biasa ditarik kuda dan disediakan untuk lokasi foto-foto. Satu hal yang sangat terasa di toko ini adalah.. bau dupa yang menusuk. Waduuhh.. pertama kali sih berasa menyengat sekali. Tapi kalo sudah di dalam toko dalam waktu lama, bau itu lama-lama ya jadi biasa, meski tetap aja berasa..

'Gelap mata' ini juga dirasakan waktu ngeliat baju batik seukuran Faza di toko Batik Margaria. Aiiih, lucu banget. Akhirnya dua baju yang menarik hatipun kubeli. Baju-baju dan clana berbahan batik akhirnya jadi sasaran saat 'gelap mata' melanda, huehehe.. Bahkan warung ronde yang di alun-alun pun ikut kena sasaran, hihihihi.. Sekali ini, 'gelap mata' sih bolehlah, huehehehe..

0 comments: